Gurune.net-Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922. Chairil Anwar atau dikenal sebagai ” Si Bintang Jalang” ” ( dalam karyanya berjudul “Aku” ) adalah penyair terkemuka Indonesia yang dianggap sebagai pelopor puisi moderen Indonesia. Ia Bersama Asrul Sani dan Rival Apin, sastrawan yang oleh H.B. Jassin dinobatkan sebagai pelopor angkatan 45, mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” ( 1946 ). Chairil Anwar pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat bertajuk “Gelanggang” dan Gema Suasana.
Meskipun pendidikanya tidak selesai, Chairil Anwar menguasai bahasa Inggris, Belanda dan Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca pengarang internasional ternama, seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibaid MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisanya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusastraan Indonesia.
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum menginjak usia dua puluh tujuh tahun dia sudah kena sakit . Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC di Jakarta, 28 April 1949. Dia dimakamkan di pemakaman umum karet bivak, Jakarta. Makanya dia di ziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai hari Chairil Anwar.
Karya Sastra Chairil Anwar
Kumpulan Puisi
-
Deru Campur Debu ( 1949 )
-
Kerikil Tadjam dan terampas dan
-
Yang Putus ( 1949 )
-
Tiga Menguak Takdir ( 1950 ) ( dengan Asrul Sani dan Rivai Apin )
-
Aku Ini Binatang Jalang : Koleksi sajak 1942-1949, diedit oelh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Darmono ( 1986 )
-
Derai – derai cemara ( 1998 )
Karya – karya terjemahanya
- Pulanglah Dia Si Anak Hilang ( 1948 ), terjemahan karya andere Gide.
- Kena Gempur ( 1951 ), Terjemahan karya john steinbeck
Terjemahan
Karya – karya Chairil Anwar juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Jerman, dan Spanyol. Terjemahan Karya – karyanya diantaranya adalah :
- Sharp gravel, Indonesia poems, oleh Donna M. Dickinson ( Barkeley, California, 1960 )
- Cuatro poemas Indonesias ( por ) Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati ( Madri: Palma de mallorca, 1962 )
dan masih banyak lainya.
Karya – karya tentang Chairil Anwar
- Chairil Anwar : memperingati hari 28 April 1949 diselenggarakan oleh bagian kesenian djawatan kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Pengajaran dan Kebudajaan ( Djakarta 1953 )
- Zaenal Hakim, Edisi kritis puisi Chairil Anwar ( Jakarta : Dian Rakyat, 1996 )
dan masih banyak karya lainya tentang Chairil Anwar.
Puisi Karya Chairil Anwar
Derai – Derai Cemara
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipikul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tatap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Chiril Anwar, 1949
———————————————–
Malam di Pegunungan
Aku berpikir bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pohon?Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin: Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
Chairil Anwar , 1947
———————————————–
Malam
Muali kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
– Thermopylae?
– Jagal tidak dikenal?
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam
Chairil Anwar
———————————————–
Krawang – Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Krawang – Bekasi
tidak bisa teriak ” Merdeka ” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak mendengar deru kami
terbayang kami maju dan mengedap hati?
Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti
4-5 ribu nyawa.
Kami cuma tulang tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang – tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemredekaan kemenangan
dan harapan
atau tidak untuk apa -apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah yang sekarang berkata
Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga bung sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batasan pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang – tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang Bekasi
Chairil Anwar ( 1948 )
Brawidjaja, Jilid 7 , No 16, 1957