Administrasi Guru Yang Satu Ini di Anggap Memboroskan Dan Kurang Efisien ( RPP )

Gurune.net – Opini Pendidikan – Administrasi Guru Yang Satu Ini di Anggap Memboroskan Kertas ( RPP ) – Beberapa pekan lalu ada sobat yang menulis disalah satu jejaring sosial terkait ” RPP “. Sampai tulisan ini diterbitkan dalam unggahanya tulisan tersebut sudah dibagikan ke 2,6 ribu orang, 2,1 suka dan kurang lebih ada 900 komentar. Karena hal tersebut gurune menjadi tertarik ingin membahas masalah RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ).

Sangat menarik memang tulisan salah satu teman di medsos kemarin, dia bertanya dalam sebuah tulisanya tentang masih bergunakah RPP.


Berguna ga si RPP ?

tapi dia jawab menggunakan pertanyaan juga, ada 8 pertanyaan yang beliau tanyakan.

Dikutip dari tulisan ” Rachmat Hidayat ” di akun facebooknya berikut jawaban yang dijawab dengan pertanyaan.

  1. Apakah anda tidak bisa mengajar tanpa RPP?
  2. Apakah pengajaran anda langsung kacau tanpa RPP?
  3. Apakah anda berhenti memberikan teladan yang baik meski di RPP anda tidak tertulis PPK?
  4. Apakah anda tidak tahu caranya menilai tanpa RPP?
  5. Apakah semua yang ada di RPP anda lakukan?
  6. Apakah pembelajaran gagal jika tidak sesuai RPP?
  7. Apakah dengan menuliskan RPP pembelajaran anda langsung berhasil?
  8. Apakah dengan menuliskan kompetensi 4C dan HOTS maka serta merta siswa anda berpikir tingkat dewa, eh tingkat tinggi maksudnya?

Menurut beliau kalau kita menjawab “tidak” sebanyak 6 saja dari 8 pertanyaan diatas, berarti kita harus bertanya pada diri kita masihkah RPP berguna dalam merencanakan pembelajaran di kelas kita ?

Terkait pertanyaan diatas setiap guru pasti akan menjawab berbeda – beda, ada yang menjawab ” iya ” semua ada yang menjawab ” tidak ” semua. Ada juga yang menjawab setengah – setengah.

Baca Juga :  Apa yang dimaksud dengan pendidikan nasional ?

Dalam unggahanya beliaupun membahas disaat menempuh S2 dia pernah disuruh membuat RPP sesuai dengan teori instructional design-nya Kemp. Gurune akan berikan contoh RPP model Kemp. Download saja DISINI.

Baca Juga : Download RPP K-13 SD Lengkap

Masih dalam unggahan Rachmat dalam akun facebooknya. Beliau mengatakan pernah membuat RPP terbaiknya, akan tetapi hanya digunakan sebagi syarat administratif saja, sedangkan untuk perencanaan dalam mengajar dia lebih nyaman menggunakan catatan langkah-langkah ala dia sendiri dan media yang digunakan. Setelah catatan langkah – langkah ala sendiri dengan pembuatan yang mudah baru mempersiapkan penunjangnya. 

Sangat menarik sekali sebetulnya, kemungkinan kejadian ini tidak hanya dialami oleh rachmat saja, guru lainpun sama. Yang tidak benar adalah yang tidak ada rencana sama sekali dalam pembelajaran.

Sebetulnya cara tersebut sama halnya kita tidak menaati permendikbud Nomer 22 Tahun 2016 Tentang standar proses. Didalam peraturan tersebut tertulis bahwa :


” Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih”.

permendikbud no 22 tahun 2016
permendikbud no 22 tahun 2016

Tapi mas rachmat bukan membahas masalah taat atau tidak taat, akan tetapi membahas terlalu bertele – telenya format RPP, serta terlalu panjang dan boros, padahal bisa dibuat lebih simple dengan RPP ala sendiri. Apalagi sekarang RPP didalamnya semua dimasukan, misal ada hal yang baru langsung dimasukan. 

seperti yang gurune kutip dari tulisan beliau 

 ” Setiap ada hal yang penting untuk masa depan siswa, maka harus dituliskan di RPP. Ketika PPK dirasa penting, literasi digalakkan, ketika 4C menjadi populer dan ketika HOTS jadi trending, maka serta merta para instruktur menugaskan bahwa RPP harus memuat semua itu.”

Logis dan benar apa yang beliau katakan, memang format RPP sekarang sangat banyak, harus memuat banyak hal didalamnya, padahal hal tersebut tidak perlu ditulis cukup dilaksanakanpun bisa, tapi kembali lagi pada aturan dan kebijakan kita harus ikuti itu semua. Yang pada akhirnya semua itu hanya digunakan sebagai syarat admiistratif antara guru dan pengawas saja. 

 “Saya ingat dosen saya pernah berkata bahwa mengajar itu adalah seni. Dan bagi saya tidak ada seniman yang menuliskan script detail mengenai kegiatan tentang seni yang ia akan buat. Seniman mengikuti instuisinya”. ( kutipan dari unggahan di facebook Rachmat Hidayat ) 

Memang pada dasarnya RPP hanya sebuah rencana, akan lebih bagus apa yang direncanakan dilaksanakan. Tapi sebuah rencana yang dibuat ribet dan terlalu bertele – tele serta ” Tebal ” akan membuat yang melaksanakan akan ribet juga dalam melaksanakan. Dan setiap rencana memang tidak semua bisa dilaksanakan, Apakah tidak memboroskan jika hanya sebuah rencana didesain sangat bagus pada saat pelaksanaan tidak sesuai yang direncanakan, hanya sebagai bukti fisik semata. 

Baca Juga :  Laporan Hasil Pengamatan Hubungan Antara Gaya dan Gerak


Terkait masalah diatas juga gurune tanyakan pada beberapa guru dilapangan, ada yang benar – benar mengikuti pembuatan rencana perfect sesuai juknis dan melaksanakan. Ada pula yang membuat hanya sebagai syarat administratif dengan alasan sebagian besar sudah ada pad buku guru dan untuk melengkapi perencanaan mereka hanya menyiapkan media dan penunjang saja. 


Tapi semua sudah ada dalam aturan kalau guru harus membuat administrasi tersebut, dan mau tidak mau, suka tidak suka tetap harus dibuat dan dijalankan.


Cuma pada perkembanganya sebetulnya ada solusi praktis untuk mengurangi pemborosan, diera digital seperti sekarang ini sebetulnya file RPP bisa tersimpan dalam sebuah aplikasi penyimpanan baik online maupun oline, hanya dengan berbagi link bisa dilihat. Pengawaspun bisa mengecek secara online. Mungkin itu solusi mengurangi pemborosan biaya cetak, sedangan terkait format bisalah disimpelkan lagi, sehingga guru lebih bisa mengembangkan sendiri dengan gaya mengajar masing – masing guru.


Sebab guru punya intuisi yang bagus dan improvisasi yang mumpuni terkait perencanaan dan pembelajaran. Kasih aja format yang simple suruh kembangkan sendiri.


Dan dalam proses pengawasan jangan hanya menilai bagusnya RPP tapi seharusnya melihat pada bagusnya dalam menyampaikan di hadapan anak, sebab rencana tidak semua bisa dilaksanakan. Jika dinilai ketepatan antara rencana dan praktek maka guru seperti terpenjara dalam mengajar tanpa improvisasi.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.