Aturan Penulisan Unsur Serapan Khusus dalam Bahasa Indonesia

Aturan Penulisan Unsur Serapan Khusus dalam Bahasa Indonesia

gurune.net – Panduan EYD: Aturan Penulisan Unsur Serapan Khusus dalam Bahasa Indonesia. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, banyak kosakata berasal dari bahasa asing, terutama bahasa Arab, Inggris, Latin, dan lain-lain. Proses penyerapannya diatur dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), yang kini telah memasuki edisi kelima. Salah satu bagian penting dalam EYD adalah unsur serapan khusus, yaitu kata-kata dari bahasa asing yang mengalami penyesuaian fonetik, ortografi, dan morfologi agar sesuai dengan sistem bahasa Indonesia.

Artikel ini akan mengulas secara lengkap bagaimana kata-kata dari bahasa Arab dan bahasa asing lainnya diserap ke dalam bahasa Indonesia sesuai pedoman EYD edisi kelima, khususnya dalam aspek:

  • Penyesuaian vokal pada deret konsonan akhir
  • Penambahan vokal untuk mempermudah pengucapan
  • Penghilangan atau pelestarian konsonan ganda
  • Pengecualian terhadap kata-kata yang sudah umum digunakan

1. Penyesuaian Vokal dalam Deret Konsonan Akhir Bahasa Arab

Kata-kata dari bahasa Arab sering kali mengandung deret konsonan di akhir kata yang tidak umum dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan pengucapan, disisipkan vokal yang sama dengan vokal sebelumnya (/a/, /i/, atau /u/) di antara konsonan tersebut.

Asal Kata (Arab) Tulisan Arab Bentuk Serapan (Indonesia)
‘aqd عَقْدٌ akad
fajr فَجْرٌ fajar
jild جِلْدٌ jilid
milk مِلْكٌ milik
syukr شُكْرٌ syukur
‘umr عُمْرٌ umur

2. Penambahan Vokal /u/ pada Akhir Deret Konsonan Bahasa Arab

Selain penyisipan vokal di antara konsonan, bentuk serapan dari bahasa Arab yang berakhir dengan konsonan sering ditambahkan vokal /u/ agar sesuai dengan fonologi bahasa Indonesia.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Mencari Arti Kata Baru  Pada Teks Batik Besurek
Asal Kata (Arab) Tulisan Arab Bentuk Serapan (Indonesia)
farḍ فَرْضٌ fardu
ṡalj ثَلْجٌ salju
waqt وَقْتٌ waktu

3. Konsonan Ganda Menjadi Tunggal

Dalam proses penyerapan, kata-kata dari bahasa asing yang memiliki konsonan ganda disesuaikan dengan menjadikan konsonan tersebut menjadi tunggal. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan pelafalan dan penulisan.

Kata Asal Serapan
accu aki
‘allāmah alamah
ballet balet
commission komisi
effect efek
espresso espreso
ferrum ferum
gabbro gabro
kaffah kafah
onnagata onagata
pizza piza
salfeggio salfegio
tafakkur tafakur
tammat tamat
terracotta terakota
ummat umat

Ketentuan Pengecualian

Terdapat beberapa pengecualian, yaitu ketika penghilangan konsonan ganda bisa menimbulkan ketaksaan atau konotasi negatif. Dalam kasus ini, konsonan ganda tetap dipertahankan.

Kata Asal Serapan Alasan
mann manna Untuk membedakan dengan “mana”
mass massa Untuk membedakan dengan “masa”
teller teller Untuk membedakan dengan “teler”

4. Kata Serapan yang Sudah Lazim Tidak Diubah

EYD edisi kelima juga memberi pengecualian terhadap kata-kata serapan yang sudah sangat umum dan dikenal luas oleh masyarakat, meskipun penulisannya tidak mengikuti kaidah penyerapan yang baku. Kata-kata tersebut tetap dipertahankan sesuai bentuk lazimnya.

Berikut ini contoh-contoh kata serapan yang tidak diubah:

  • alamat
  • bengkel
  • dongkrak
  • faedah
  • heran
  • kabar
  • Kamis
  • khotbah
  • koperasi
  • lafal
  • lahir
  • majedub
  • majelis
  • majemuk
  • majenun
  • makalah
  • medan
  • nalar
  • napas
  • paham
  • perlu
  • pikir
  • populer
  • proyek
  • Rabu
  • sahabat
  • sehat
  • Selasa
  • Senin
  • setan
  • sirsak
  • soal
  • syahadat
  • telefon
  • terjemah
  • trayek

Kesimpulan

Penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia mengikuti prinsip penyederhanaan, kemudahan pengucapan, dan konsistensi. Dalam EYD edisi kelima, aturan-aturan tentang penyesuaian bunyi, konsonan ganda, dan pelestarian bentuk umum dirancang untuk menjaga kesinambungan antara asal kata dan penggunaannya dalam bahasa Indonesia.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Menemukan Kata Konkret dalam Puisi

Bagi pelajar, guru, penulis, dan editor bahasa, pemahaman terhadap aturan ini sangat penting agar penulisan sesuai dengan kaidah yang berlaku dan tetap mudah dipahami masyarakat luas.

Dengan memahami pedoman ini, kita tidak hanya menjaga kelestarian bahasa Indonesia, tetapi juga memperkaya khazanah linguistik kita dengan tetap menghormati asal usul kata-kata dari berbagai bahasa dunia.

Scroll to Top