Dita dan keluarga tinggal di lereng Gunung Arjuna, Kabupaten Malang. Ayah Dita seorang petani sayur. Potensi tanah subur dan berhumus membuat Ayah Dita dan penduduk lain di daerah tersebut memanfaatkan lahan secara optimal. Jadi, sebagian besar masyarakat di lereng Gunung Arjuna memiliki pekerjaan sebagai petani sayuran. Setiap pagi Ayah Dita dan warga lain pergi ke ladang untuk merawat tanaman sayur mereka. Mereka melakukan pembibitan, pemupukan, hingga pengairan dengan baik. Untuk pengairan mereka memanfaatkan air irigasi dari Sungai Lanang, irigasi Sudimoro, dan Watu Gugut. Menjadi petani sayuran adalah pilihan hidup dan identitas diri bagi Ayah Dita. Tak terkecuali bagi masyarakat di lereng Gunung Arjuna. Mereka mencintai pertanian.
“Mengapa Ayah memilih sebagai petani sayuran?” Tanya Dita suatu hari.
“Dita, bekerja di ladang sudah Ayah jalani sejak remaja. Dahulu Ayah selalu membantu kakekmu bekerja di ladang. Bekerja sebagai petani sayur itu sangat membanggakan,” jawab Ayah Dita.
“Bangga?” Tanya Dita seperti tak percaya.
“Iya. Kamu tidak percaya, kan?” Tanya Ayah Dita.
Dita terdiam sambil mengelengkan kepala. Dita tidak paham
maksud ayahnya.
“Dita, kamu perlu ketahui bahwa semua orang sangat menanti hasil keringat Ayah. Kamu tahu kan hasil keringat Ayah itu apa?” Tanya Ayah kepada Dita.
“Sayuran?” Tanya Dita ragu-ragu.
“Iya, Nak. Setiap hari banyak orang ingin mengonsumsi sayuran. Sayuran adalah makanan yang menyehatkan bagi tubuh,” kata Ayah kepada Dita. Tampak Dita mengangguk-anggukan kepala. “Kalau Dita mau, ayo sekarang ikut Ayah ke ladang. Hari ini Ayah akan memanen wortel dan tomat. Dita bisa melihat kegiatan di ladang milik Ayah.”
“Iya. Dita mau Ayah. Ayo, kita pergi ke ladang sekarang,” kata Dita.
“Baiklah, Ayah siap-siap dahulu. Jangan lupa membawa air minum, ya? Kata Ayah sambil memakai topi.
Dita mengambil topi dan botol minuman. Setelah semua siap, Ayah dan Dita berangkat menuju ladang. Udara di desa tempat tinggal Dita sejuk. Keberadaannya di atas permukaan air laut membuat desa tempat tinggal Dita memiliki hawa dingin. Menjelang malam hari, desa ini jauh dari hiruk pikuk dan polusi udara. Beberapa saat kemudian, Ayah dan Dita sampai di ladang. Ternyata, Ayah sudah ditunggu beberapa orang yang akan membantu beliau.
“Dita, itu beberapa orang yang akan membantu Ayah. Ada yang bertugas memanen sayuran, ada yang bertugas memanggul hasil panen ke aliran sungai untuk dicuci, dan ada yang membantu memindahkan sayuran ke atas mobil pengangkut. Mereka semua orang-orang yang sudah terlatih. Mereka memiliki otot kuat untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan tersebut,” terang Ayah kepada Dita.
Dita mendengarkan penjelasan ayahnya. Dita mendengarkan
perkataan Ayah sambil memperhatikan orang-orang yang bekerja.
“Lantas, sayuran itu akan dibawa ke kota, Yah?” Tanya Dita.
“Hasil panen ini akan dibawa sopir dengan mobil pengangkut
menuju pasar induk. Pasar induk ada di kota. Sayuran Ayah sudah dinanti pembeli di pasar induk. Pembeli-pembeli itu akan menjual kembali sayuran tersebut kepada para penjual di pasar tradisional. Di pasar tradisional sayuran ini akan dibeli oleh masyarakat umum. Mereka dapat menikmati hasil keringat Ayah, Dita.” Kata Ayah kepada Dita.
“Apakah ini yang dimaksud Ayah bahwa hasil keringat Ayah
dinantikan banyak orang?” Tanya Dita sambil tersenyum.
“Kamu memang pintar, Nak. Kamu sudah paham maksud Ayah,” kata Ayah.
“Ayah, bolehkan Dita tanya sesuatu?” Tanya Dita agak takut.
“Apa itu, Nak?” Kata Ayah
“Apakah Ayah yakin sayuran hasil keringat Ayah akan terus laku?”
Tanya Dita dengan sedikit rasa khawatir.
“Harus optimis dong, Dita. Kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menghasilkan sayuran dengan kualitas bagus. Jaga kualitas produksi sayuran di ladang ini. Itu salah satu kunci agar sayuran kita laku di pasaran. Bahkan, dinantikan konsumen,” kata Ayah
“Bagaimana caranya, Ayah?” tanya Dita.
“Kita harus merawat tanaman sayuran tersebut dengan baik. Jangan malas ke ladang untuk memeriksa tanaman sayuran. Berikan pupuk dan air secukupnya. Jika kekurangan atau berlebih dalam memberikan pupuk, akan merusak pertumbuhan tanaman sayuran. Tapi tidak usah khawatir, kesuburan tanah dan air yang mengalir setiap saat di daerah
ini sudah sangat membantu perkembangan tanaman sayuran di ladang Ayah.”
Dita mendengarkan penjelasan Ayah dengan saksama. Dalam hati Dita merasa bangga dengan ayahnya yang bekerja sebagai petani sayuran. Ayah tak kenal lelah bekerja untuk menghasilkan sayuran berkualitas yang sangat dibutuhkan masyarakat. Walaupun harga sayuran terkadang anjlok, Ayah dan masyarakat lain tetap menggantungkan hidupnya sebagai petani sayuran. Satu pelajaran yang dapat Dita ambil dari ayahnya adalah apa pun pekerjaan kita harus dilakukan dengan tekun dan sepenuh hati.
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Siapa saja tokoh dalam cerita di atas?
Jawab: Tokoh adalah pemeran dalam suatu karya. Tokoh dalam cerita di atas adalah Dita, ayah Dita,keluarga Dita, dan pekerja di ladang.
2. Siapa tokoh utama dalam cerita di atas? Jelaskan alasanmu.
Jawab: Tokoh utama adalah tokoh yang sering keluar dan menjadi obyek kamera. Tokoh utama dalam cerita di atas adalah Dita dan ayahnya.
3. Siapa tokoh tambahan dalam cerita di atas? Jelaskan alasanmu.
Jawab: Tokoh tambahan adalah tokoh yang membantu tokoh utama dalam menjalankan aktifitasnya. Tokoh tambahan dalam cerita di atas adalah keluarga Dita dan pekerja ladang.
4. Siapa saja pelaku kegiatan ekonomi berdasarkan bacaan di atas?
Jawab: Pelaku ekonomi adalah orang yang melakukan kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi dalam cerita di atas adalah pekerja ladang.
5. Apa jenis pekerjaan masyarakat di lingkungan tempat tinggal Dita?
Jawab: Petani, karena yang sesuai dengan kondisi alam tempat tinggal Dita.