Oleh: Uti Darmawati
“Ting.., ting.., ting.., ting.., bakso, bakso!” teriak si penjual bakso. Penjual bakso mendorong gerobaknya. Gerobak bergerak ke depan karena adanya gaya dorong. Saat mendorong gerobak, penjual bakso menggunakan kekuatan otot tangan dan kaki.
“Ting.., ting.., ting.., ting.., ting…, bakso, bakso!” teriak si penjual bakso itu kembali. Sesekali ia menoleh ke kanan atau ke kiri mencari calon pembali.
Penjual bakso itu bernama Harno, asli Wonogiri. Harno sudah merantau di Ibukota Jakarta selama belasan tahun. Harno sudah hafal gang-gang kecil dan sempit yang ia lalui saat berjualan bakso. Harno sosok penjual bakso ulet dan tahan banting. Buktinya, ia mampu membeli rumah kecil di pinggiran Kota Jakarta. Ia pun mengajak keluarga kecilnya
hidup di Kota Jakarta. Tinggal di kota besar berbeda dengan tinggal di desa. Harno dan istrinya harus lebih giat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dan sekolah anak semata wayangnya.
Di persimpangan jalan Harno melihat seseorang melambaikan
tangan ke arahnya. Bergegas ia mendorong gerobaknya lebih cepat.
“Satu mangkuk, Bang!” kata anak muda itu.
“Ya, Mas. Tunggu sebentar, ya?” jawab Harno sambil menghentikan gerobaknya.
Harno kemudian menyiapkan semangkuk bakso pesanan anak muda itu. Saat tutup panci dibuka, uap dari kuah bakso mengepul. Aroma bakso mengunggah selera si pembeli. Harno menuangkan beberapa sendok kuah ke dalam mangkuk.
“Ini, Mas, baksonya. Silakan dilengkapi sendiri untuk kecap, sambal, atau sausnya,” kata Harno dengan ramah.
“Iya, Bang. Terima kasih,” kata anak muda. Kemudian, ia menuangkan kecap, saus, dan sambal ke dalam mangkuknya. Setelah mengadukaduk isi mangkuk, anak muda menyantap bakso dengan lahap.
“Ini, Bang, uangnya!” kata anak muda sambil menyerahkan uang dua puluh ribuan.
“Sebentar, Mas, uang kembaliannya!” Harno bergegas mencari lalu memberikan uang kembalian kepada anak muda tersebut.
“Bang, bengkel terdekat di daerah ini di mana, ya?” Tanya anak muda kepada Harno. “Paling dekat sekitar dua kilometer lagi, Mas!” jawab Harno.
Harno kemudian menjelaskan letak bengkel kepada anak muda tersebut. Anak muda mengangguk-anggukkan kepala tanda paham dengan penjelasan Harno.
“Mobil milik Mas mogok?” tanya Harno.
“Iya, ini, Bang. Sudah satu jam saya coba memperbaiki sendiri, tetapi tetap tidak bisa menyala mesinnya. Saya sampai merasa lapar, lalu memanggil Abang tadi,” kata anak muda.
“Coba, saya dorong, Mas. Siapa tahu bisa menyala mesinnya. Kalau bisa menyala, Mas bisa membawa mobil ini ke bengkel terdekat,” usul Harno.
“Abang mau mendorong mobil saya?” Tanya si anak muda agak heran.
“Ya, mau tho, Mas. Apa salahnya membantu. Toh, jalan di kota ini datar, tidak menanjak seperti di daerah pegunungan,” kata Harno.
“Benar, Bang? Kalau begitu, mari kita coba,” kata anak muda itu dengan gembira.
Harno mencoba mendorong mobil. Anak muda itu mencoba
menyalakan mesin. Harno beberapa kali mendorong mobil dan anak muda menyalakan mesin.
Mobil hanya bergerak ke depan beberapa meter. Mobil bergerak karena Harno memberikan kekuatan dari belakang mobil. Mobil yang mogok dapat bergerak ke depan beberapa meter karena didorong oleh Harno. Dorongan memengaruhi gerak mobil.
Setelah dicoba berulang kali, akhirnya mobil bisa bergerak maju. Mesin mobil menyala. Anak muda dan Harno tampak gembira.
“Sudah, menyala, Mas. Silakan langsung menuju bengkel,” kata Harno dengan senyum kepuasan.
“Maaf, ini, Bang. Uang sukarela dari saya,” kata anak muda sambil menyerahkan selembar uang.
Harno mengangkat kedua tangannya, “Tidak usah, Mas. Silakan menuju bengkel.”
“Terima kasih, ya, Bang! Terima kasih telah membantu mendorong mobil saya,” teriak anak muda sambil tersenyum gembira.
“Iya, sama-sama,” kata Harno sambil melambaikan tangan.
Harno merasa senang dan lega. Harno membantu anak muda itu dengan ikhlas. Harno tidak mengharapkan imbalan dari anak muda tersebut.
“Ting.., ting.., ting.., ting.., bakso, bakso!” Harno kembali memukul mangkuk sambil berteriak menarik calon pembeli. Harno mendorong gerobaknya perlahan-lahan. Harno berjalan hingga sampai di tanah lapang tepian kampung. Udara sore itu tidak begitu panas. Tampak beberapa anak bermain bola di tanah lapang tersebut.
“Ting.., ting.., ting.., ting.., bakso, bakso!” teriak Harno dari tepi tanah lapang.
Harno beristirahat di tepi tanah lapang. Harno memperhatikan anak-anak yang bermain sepak bola. Awalnya, bola diam tidak bergerak.
Kemudian, bola bergerak karena ada pemain yang menendang. Bola tersebut dapat bergerak karena adanya gaya otot dari pemain tersebut.
Saat pemain lawan hendak memasukkan bola ke gawang, kiper berhasil menangkap bola. Bola yang sedang melayang dapat berhenti dan diam dalam dekapan kiper. Harno terhibur oleh permainan bola anak-anak tersebut.
Keasyikan Harno menonton sepak bola terhenti. Harno menoleh ke arah sumber suara.
“Serrr.., serrr.., serrr…,!” tampak anak perempuan melintas di depan Harno. Anak perempuan tersebut bermain sepatu roda. Suara itu muncul karena adanya dua benda yang saling bergesekan.
Kedua benda yang bergesek adalah roda sepatu dan jalan aspal. Beberapa kali anak perempuan itu melintas di depan Harno. Tiba-tiba Harno mendengar suara seperti benda jatuh.
“Brukk…!” anak perempuan yang bermain sepatu roda itu jatuh. Harno mendekati anak perempuan tersebut. Anak perempuan itu tampak meringis menahan sakit.
“Boleh Abang bantu, Dik?” Harno menawarkan bantuan.
Anak perempuan itu mengangguk. Harno membantu anak
perempuan itu berdiri.
“Hati-hati, ya, kalau bermain sepatu roda. Pelan-pelan saja, tidak usah terlalu kencang.” Harno memberi nasihat kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu tersenyum dan meninggalkan Harno.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks bacaan.
1. Siapakah tokoh utama cerita tersebut?
Jawab: Tokoh utama cerita tersebut adalah Harno.
2. Bagaimana sifat tokoh utama?
Jawab: Sifat tokoh utama berdasarkan cerita tersebut yaitu kerja keras, ulet, ramah, dan suka menolong. Sifat-sifat tersebut nampak pada cuplikan cerita berikut:
- Harno sosok penjual bakso yang ulet dan tahan banting. (kerja keras, ulet)
- “Ini mas baksonya. Silahkan dilengkapi sendiri untuk kecap, sambal, atau saosnya,” kata Harno dengan ramah. (ramah)
- “Coba, saya dorong mas. Siapa tahu bisa menyala mesinnya. Kalau bisa menyala, mas bisa membawa mobil ini ke bengkel terdekat,” usul Harno. (suka menolong)
3. Gaya apa yang dilakukan Harno saat mendorong gerobak bakso dan mobil mogok?
Jawab: Gaya yang dilakukan Harno saat mendorong gerobak bakso dan mobil mogok adalah gaya otot. Harno menggunakan kekuatan otot tangan dan kaki untuk mendorong sehingga gerobak dan mobil mogok dapat bergerak maju.
4. Gaya apa yang terjadi saat seseorang bermain sepatu roda?
Jawab: Gaya yang terjadi saat seseorang bermain sepatu roda adalah gaya gesekan. Gaya ini disebabkan adanya hambatan yang dilakukan oleh permukaan benda, yaitu jalan dan roda sepatu roda.
5. Bagaimana benda diam seperti bola dapat bergerak?
Jawab: Benda diam seperti bola dapat bergerak apabila dikenai gaya, misalnya ditendang dan dilempar. Untuk menendang dan melempar diperlukan gaya otot.