Sumber Gambar : wajibbaca.com |
GURUNE.NET – Beberapa tahun ini kita sering mendengan istilah Pendidikan Karakter, Dunia pendidikan di Indonesia menyerukan Pentingnya pendidikan karakter, sekolah harus menerapkan pendidikan karakter, guru harus membentuk siswanya menjadi generasi yang berkarakter. Istilah Pendidikan Karakter begitu sering di serukan, apalagi kita sebagai seorang guru sangat-sangat sering mendengar istilah ini, guru harus memasukan muatan-muatan karakter kedalam pembelajaran. Apasi pendidikan karakter ? Pendidikan Karakter adalah Suatu Usaha yang disengaja untuk membantu seseorang / siswa sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Orangtua Jawa dan Guru – guru jawa jaman dulu sebetulnya sudah menerapkan pendidikan karakter bagi anak-anaknya dan murid – muridnya. Apa saja si pendidikan karakter yang diajarkan orang tua dan guru pada jaman dahulu yang benar-benar di terapkan oleh murid / anak-anaknya :
1. Berjalan Membungkuk ( Mlaku mungkuk )
Orang tua dan guru dari Jawa pada jaman dulu memerintahkan anak / murid-muridnya untuk berjalan membungkuk disaat berjalan melewati orang tua dan biasanya mereka mengucapkan ” Nuwun Sewu ” ( Permisi ) maksud berjalan membungkuk di depan orang tua disaat berjalan yaitu sebagai rasa menghormati seorang anak / orang yang lebih muda kepada orang tua / orang yang lebih tua. Jika seorang anak melakukan seperti ini disaat berjalan melewati orang tua menandakan mereka sudah melakukan Norma Kesopanan. Pendidikan Karakter yang sangat luar biasa menurut saya. Sebab hal ini benar – benar dilakukan oleh anak-anak pada jaman dulu. Sayang kebiasaan dan ajaran – ajaran seperti ini sudah mulai luntur di sekitar kita. Al hasil banyak anak yang bertingkah se enaknya di depan orang tua atau orang yang lebih tua.
2. Berbahasa sopan kepada orang tua ( Basa Krama Inggil )
Pendidikan karakter orang tua dan guru-guru jaman dahulu yang disampaikan kepada anaknya dan diajarkan betul-betul kepada anknya adalah berbicara yang sopan kepada orang yang lebih tua. Pendidikan orang tua jawa ini mengajarkan Nilai-nilai kesantunan. Dalam bahasa jawa terdapat beberapa tingkatan tingkatan semakin halus berarti di tujukan untuk orang tua / orang yang lebih di hormati. Walau berbeda dialekpun tetap prinsip ini diterapkan, Misal Jawa tengah bagian selatan yang keseharianya menggunakan dialek banyumasan akan tetapi disaat anak – anak jaman dulu berbicara kepada orang yang lebih tua mereka diajarakan menggunakan basa krama. Contoh sederhana Orangtua jaman dahulu mengajarkan anaknya menata bahasanya sebelum di perintah membeli “latung ” Minyak tanah ke warung pasti ibu jaman dulu khususnya dari jawa mengajarkan tata bahasanya supaya berbicara yang benar kepada penjulanya contohnya kata ” Tumbas ( beli ) “, Susuk ( kembalian ). Guru mengajarkan siswanya disaat diperintah kekantor mengambil sesuatu diajari dulu sebelum berangkat seperti kata ” Matur” / ngomong, “Di kengken” diperintah dll. Nilai kesantunan yang luar biasa, semoga masih banyak guru dan orang tua di jawa masih menjunjung nilai-nilai seperti ini.
3. ” Maem – Lenggah” – Makan ya sambil Duduk
Sumber gambar : Kaskus |
Karakter yang sangat bagus menyuruh anak makan sambil duduk, Orang tua atau guru jika melihat anak sedang mengunyah makanan mereka akan mengingatkan kepada anak tersebut ” Maem – Lenggah !! ” maksudnya kalau lagi makan duduk. Dalam ajaran Islam pun menyunahkan supaya makan sambil duduk. Ternyata benar setelah di teliti banyak sekali makan sambil duduk.
4. Sangune Wonten Sing ditabung ( Celengan Bumbung / Celengan dari bambu )
Nilai Karakter hemat sebenarnya sudah diajarkan sejak jama dahulu oleh ayah ibu kita, kakek nenek kita dengan dibuatkanya “Celengan Bumbung” atau alat menabung yang dibuat dari bambu. Biasanya orang tua menyuruh kita menyisihkan uang yang kita punya untuk dimasukan ke celengan tersebut. Bahkan banyak diantara mereka yang membuatnya langsung di ” Saka” rumahnya / penyangga rumah yang terbuat dari bambu dan sengaja di gergaji untuk dijadikan alat menabung. Budaya prihatin dengan menghemat sangat kental.
5. Tidak boleh bermain di waktu-waktu menjelang maghrib
sumber gambar : Muslim Media |
“Aja dolan – dolan pas sandekala mbok di gawa lampor ” Banyak orang tua yang melarang anaknya keluar di waktu menjelang maghrib dengan menakut – nakuti kalau keluar di bawa lampor / cepet. Tapi tujuan orang tua melarang waktu-waktu itu kepada anak-anaknya mereka sebenarnya ingin mengajarkan kalau waktu-waktu itu digunakan untuk persiapan Sholat dan setelahnya dilanjutkan untuk mengaji nilai-nilai karakter Religi sangat kenthal.
Masih banyak lagi Nilai-nilai karakter sebagai pendidikan karakter orang jawa kepada anak-anak mereka dan murid-murid mereka. Nilai-nilai karakter tersebut melekat erat dan menjadikan pribadi masing-masing sangat bagus. Semoga nilai-nilai karakter seperti itu masih bisa kita jaga dan terapkan dikehidupan sekarang ini.