1. Penulisan Judul dan Nama Media Massa
Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, film, album lagu, acara televisi, siniar, lakon, serta nama media massa yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Penggunaan huruf miring pada jenis ini bertujuan membedakan entitas judul dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh penggunaan:
- Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
- Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
- Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
- Acara Bulan Bahasa dimuat di kabarbahasa.com.
- Sinetron Keluarga Cemara sudah ditayangkan sebanyak belasan episode.
- Film Habibie dan Ainun diangkat dari kisah nyata.
- Menteri Pendidikan meluncurkan album Simfoni Merdeka Belajar.
- Siniar Celetuk Bahasa mengangkat tema kebahasaan.
- Lakon Petruk Jadi Raja dipentaskan semalam suntuk.
Bahkan dalam penulisan daftar pustaka, nama buku dicetak miring untuk menegaskan judul publikasi:
Contoh Penulisan Daftar Pustaka |
---|
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. |
2. Penegasan atau Pengkhususan Istilah dalam Kalimat
Huruf miring digunakan untuk memberikan penekanan terhadap huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam suatu kalimat. Hal ini biasanya dilakukan untuk tujuan penegasan dalam penulisan ilmiah, pengajaran bahasa, maupun pembuatan soal.
Contoh penggunaan:
- Huruf terakhir kata abad adalah d.
- Imbuhan ber- pada kata berjasa bermakna ‘memiliki’.
- Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan tanda baca.
- Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan!
3. Penulisan Bahasa Daerah dan Bahasa Asing
Huruf miring juga digunakan untuk menandai kata atau ungkapan dalam bahasa daerah dan bahasa asing. Ini penting dilakukan untuk membedakan bahasa asli Indonesia dengan istilah yang dipinjam dari luar.
Contoh penggunaan:
- Kita perlu memperhitungkan rencana kegiatan dengan baik agar tidak malapeh awo.
- Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
- Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
- Ungkapan tut wuri handayani merupakan semboyan pendidikan.
- Istilah men sana in corpore sano sering digunakan dalam bidang olahraga.
Catatan Tambahan Penting
Dalam praktiknya, terdapat dua catatan penting yang harus diperhatikan agar tidak keliru menggunakan huruf miring:
- Nama diri seperti nama orang, lembaga, organisasi, atau merek dagang dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring. Contohnya:
- Saya bekerja di UNESCO (bukan UNESCO).
- Kami mengunjungi kantor Bank Rakyat Indonesia (bukan Bank Rakyat Indonesia).
- Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah satu.
- Contoh: Saya sudah membaca buku Salah Asuhan.
Kesimpulan
Penggunaan huruf miring merupakan bagian penting dalam sistem ejaan bahasa Indonesia. Aturan ini tidak hanya membantu pembaca memahami konteks, tetapi juga memberi penekanan pada informasi yang penting dan membedakan jenis istilah. Dengan memahami dan menerapkan pedoman dari EYD Edisi Kelima, kita dapat menulis dengan lebih baik, tepat, dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Untuk penulisan di media digital, penggunaan huruf miring dapat dengan mudah diterapkan melalui format HTML atau fitur bawaan aplikasi pengolah kata. Sedangkan untuk media cetak manual atau mesin tik, perlu digarisbawahi dengan satu garis sebagai penanda teks miring.
Dengan pemahaman yang tepat mengenai aturan huruf miring ini, diharapkan seluruh lapisan masyarakat, khususnya pelajar, guru, penulis, dan profesional lainnya dapat berkontribusi dalam pelestarian bahasa Indonesia yang baik dan benar.