gurune.net – Penulisan Kata Dasar dan Turunan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan – Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) merupakan panduan resmi dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam EYD Edisi Kelima, terdapat aturan baku mengenai penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, dan gabungan kata. Artikel ini akan mengulas secara lengkap dan terstruktur aturan-aturan tersebut untuk membantu pelajar, pengajar, dan siapa pun yang ingin memperdalam kemampuan berbahasa Indonesia secara tertulis.
Kata Dasar
Kata dasar adalah bentuk asli dari sebuah kata tanpa imbuhan atau pengulangan. Dalam penulisan, kata dasar ditulis secara mandiri, tanpa tanda hubung maupun tambahan lainnya.
Contoh:
- kantor
- pergi
- ramai
- sangat
Kata Turunan
1. Kata Berimbuhan
Kata yang mendapat imbuhan seperti awalan, sisipan, akhiran, atau gabungan awalan dan akhiran, ditulis serangkai dengan imbuhannya.
Contoh:
- berjalan
- mempermudah
- menulis
- dijual
- pembaca
Termasuk juga kata seperti:
- semula
- terbatas
- gelembung
- kemilau
- kinerja
Dan masih banyak lagi seperti:
Kata | Keterangan |
---|---|
kamerawan | berimbuhan akhiran -wan |
lukisan | berimbuhan akhiran -an |
seniman | berimbuhan akhiran -man |
pemungutan | awalan pe- dan akhiran -an |
perbaikan | awalan per- dan akhiran -an |
2. Bentuk Terikat
Bentuk terikat yang mengacu pada konsep keilmuan tertentu ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
- adibusana
- aerodinamika
- antargolongan
- biokimia
- mikrobiologi
3. Kata dengan Huruf Kapital
Kata yang diawali huruf kapital dan mendapat bentuk terikat ditulis menggunakan tanda hubung (-).
Contoh:
- non-Indonesia
- anti-PKI
- pro-Barat
4. Kata Miring + Bentuk Terikat
Jika kata ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat, maka ditulis menggunakan tanda hubung.
Contoh:
- anti-mainstream
- pasca-reshuffle
- pra-Aufklaerung
5. Bentuk Maha- yang Mengacu pada Tuhan
Bentuk terikat maha- yang mengacu pada sifat atau nama Tuhan ditulis terpisah dan menggunakan huruf kapital.
Contoh:
- Yang Maha Esa
- Tuhan Yang Maha Kuasa
- Yang Maha Pengasih
Bentuk Ulang
a. Bentuk Ulang Umum
Ditulis menggunakan tanda hubung (-) antara unsur yang diulang.
Contoh:
- anak-anak
- berjalan-jalan
- sayur-mayur
- mondar-mandir
- dag-dig-dug
b. Bentuk Ulang Gabungan Kata
Unsur pertama diulang dan ditulis seperti ini:
Gabungan Kata | Bentuk Ulang |
---|---|
kapal barang | kapal-kapal barang |
kereta api cepat | kereta-kereta api cepat |
rak buku | rak-rak buku |
surat kabar | surat-surat kabar |
Gabungan Kata
a. Gabungan Kata Umum
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh:
- cendera mata
- duta besar
- ibu kota
- rumah sakit
- wali kota
b. Gabungan Kata Berpotensi Menimbulkan Salah Pengertian
Gunakan tanda hubung untuk memperjelas makna.
Contoh:
- buku-sejarah baru: buku sejarah yang baru
- buku sejarah-baru: buku tentang sejarah baru
- ibu-bapak kami: ibu dan bapak kami
- ibu bapak-kami: ibu dari bapak kami (nenek)
c. Gabungan Kata Berawalan dan Berakhiran
Ditulis serangkai.
Contoh:
- dilipatgandakan
- menggarisbawahi
- menyebarluaskan
- penghancurleburan
- pertanggungjawaban
d. Gabungan Kata yang Hanya Mendapat Awalan/Akhiran
Ditulis terpisah.
Contoh:
- bertepuk tangan
- menganak sungai
- garis bawahi
- sebar luaskan
e. Gabungan Kata yang Ditulis Serangkai
Beberapa gabungan kata sudah dianggap satu kesatuan dan ditulis serangkai.
Kata Serangkai |
---|
acapkali |
bagaimana |
belasungkawa |
matahari |
olahraga |
peribahasa |
sukarela |
syahbandar |
Kesimpulan
Pengetahuan tentang aturan penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, dan gabungan kata dalam EYD sangat penting untuk menjaga mutu komunikasi tertulis dalam bahasa Indonesia. Dengan memahami pedoman ini, kita bisa menulis secara lebih konsisten, jelas, dan sesuai standar tata bahasa resmi.
Bagi pendidik, pelajar, penulis, jurnalis, dan praktisi kebahasaan lainnya, artikel ini bisa dijadikan rujukan untuk menulis sesuai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima.