Praktik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial di Berbagai Negara

Praktik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial di Berbagai Negara

gurune.net – Praktik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial di Berbagai Negara. Perkembangan teknologi digital telah mendorong banyak negara melakukan transformasi dalam sistem pendidikan mereka. Di tengah revolusi industri 4.0, keterampilan seperti koding dan kecerdasan artifisial (KA) menjadi kemampuan yang sangat dibutuhkan. Negara-negara maju dan berkembang mulai memperkenalkan pembelajaran koding dan KA sejak jenjang pendidikan dasar. Setiap negara menerapkan pendekatan berbeda, namun semuanya mengarah pada tujuan utama yang sama: menciptakan generasi muda yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga inovatif dan kritis dalam memanfaatkannya.

Artikel ini mengkaji praktik pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial yang diterapkan di lima negara, yaitu Tiongkok, Singapura, India, Korea Selatan, dan Australia. Studi ini akan membantu memberikan wawasan bagi Indonesia dalam merumuskan strategi pembelajaran teknologi yang terstruktur dan relevan dengan konteks nasional.

Tiongkok: Strategi Nasional dan Smart Classroom

Tiongkok menjadi contoh negara dengan transformasi digital pendidikan yang masif dan terstruktur. Sejak 2017, pembelajaran koding dan KA telah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah. Melalui inisiatif AI4Future yang digagas oleh Chinese University of Hong Kong, pendekatan pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan lokal.

Langkah-langkah konkret yang dilakukan Tiongkok mencakup:

  • Integrasi koding dan KA ke dalam mata pelajaran formal.

  • Pengembangan buku teks khusus KA.

  • Pembangunan Smart Classroom yang dilengkapi robotika dan software pembelajaran.

  • Program pelatihan guru secara nasional dan online.

  • Pengakuan koding sebagai mata pelajaran ujian masuk universitas di provinsi seperti Zhejiang.

  • Kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi untuk memperluas akses pembelajaran sejak usia dini.

Dengan dukungan kuat dari pemerintah, sistem pendidikan Tiongkok tidak hanya menciptakan pengguna teknologi, tetapi juga generasi pencipta inovasi.

Baca Juga :  Landasan Empiris Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial di Indonesia

Singapura: Pembelajaran Berbasis Projek dan Kolaboratif

Sebagai bagian dari strategi Smart Nation, Singapura memulai pembelajaran koding dan KA sejak 2020. Pemerintah menekankan pentingnya literasi digital, pemikiran komputasional, dan etika penggunaan teknologi. Pembelajaran dilakukan melalui berbagai saluran: mata pelajaran TIK, projek lintas pelajaran, dan program ekstrakurikuler seperti Code for Fun (CFF).

Inisiatif utama yang dijalankan antara lain:

  • Pembelajaran berjenjang dari dasar hingga tingkat lanjutan.

  • Modul AI for Fun yang akan diluncurkan pada 2025.

  • Pelatihan guru melalui Teacher Training Programmes dan kolaborasi dengan universitas.

  • Proyek antarmata pelajaran yang mengintegrasikan KA dengan seni dan sains.

  • Kompetisi nasional seperti AI Hackathon.

  • Kerja sama dengan perusahaan seperti Google dan Apple untuk menyediakan materi dan pelatihan.

  • Infrastruktur digital seperti Student Learning Space (SLS).

Singapura menekankan keseimbangan antara kemampuan teknis dan pemahaman nilai-nilai etis dalam memanfaatkan teknologi.

India: Reformasi Kurikulum dan Akses Digital

India menunjukkan perkembangan signifikan dalam integrasi koding dan KA lewat Kebijakan Pendidikan Nasional (NEP) 2020. Sejak kelas 6 SD, siswa mulai dikenalkan pada koding, sedangkan pembelajaran KA diterapkan pada tingkat menengah.

Fokus kebijakan di India meliputi:

  • Integrasi dalam mata pelajaran Ilmu Komputer atau sebagai mata pelajaran tersendiri.

  • Program Digital India Initiative untuk memperkuat infrastruktur digital.

  • Platform pembelajaran seperti DIKSHA dan SWAYAM.

  • Kompetisi nasional seperti Smart India Hackathon.

  • Pelatihan guru melalui program AI for All dan Elements of AI.

  • Kemitraan dengan perusahaan seperti Microsoft dan IBM.

India juga memberikan ruang besar bagi inovasi lokal melalui klub teknologi, ekstrakurikuler robotika, dan ekosistem startup pendidikan.

Korea Selatan: Kurikulum Informatika dan Buku Digital

Korea Selatan mulai mewajibkan pembelajaran KA sejak 2015 dan terus memperbarui kebijakan hingga kini. Tahun 2022, Kementerian Pendidikan Korea Selatan merevisi kurikulum nasional agar lebih relevan dengan era digital.

Baca Juga :  Sering Lupa dengan Nomor HP Sendiri? Tenang, Ini 4 Cara Cek Nomor Indosat yang Wajib Anda Tahu!

Langkah implementasi utama di Korea Selatan:

  • Pembelajaran KA sebagai bagian dari mata pelajaran informatika.

  • Penambahan waktu belajar KA dalam jadwal pelajaran.

  • Penetapan buku digital sebagai materi resmi sejak 2025.

  • Pelatihan intensif bagi guru terkait pedagogi KA.

  • Penyediaan perangkat digital dan sistem LMS nasional.

  • Mata pelajaran tambahan seperti matematika KA di tingkat SMA.

Tantangan utama dihadapi pada sisi guru, khususnya dalam merancang kurikulum dan menyampaikan materi sesuai usia siswa. Pemerintah fokus pada pelatihan dan dukungan sumber daya digital.

Australia: Integrasi Lintas Mata Pelajaran dan Pendekatan Adaptif

Australia menanamkan pembelajaran koding dan KA sejak kelas fondasi dalam kurikulum Teknologi dan Matematika. Konsep utama seperti data, pemikiran komputasional, dan etika digital diajarkan secara terpadu.

Kebijakan dan dukungan pendidikan KA di Australia antara lain:

  • Integrasi dalam berbagai mata pelajaran seperti sains, matematika, dan teknologi.

  • Program DTiF untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan indeks rendah (ICSEA).

  • Pelatihan guru secara nasional melalui workshop berbasis komunitas.

  • Kolaborasi dengan universitas dan swasta untuk pengembangan materi pembelajaran.

  • Kompetisi teknologi untuk meningkatkan keterampilan dan motivasi siswa.

Australia berkomitmen menjadikan setiap siswa melek digital dan mampu mengaplikasikan teknologi secara bertanggung jawab dan kreatif.

Pelajaran dari Negara-Negara Penerap Koding dan KA

Dari kelima negara tersebut, terdapat beberapa kesamaan dalam strategi dan pendekatan implementasi pembelajaran koding dan KA:

  1. Kurikulum Nasional yang Mendukung: Semua negara telah menetapkan koding dan KA sebagai bagian kurikulum formal, baik sebagai mata pelajaran tersendiri maupun terintegrasi.

  2. Penerapan Bertahap dan Kontekstual: Mulai dari jenjang SD hingga SMA, dengan pendekatan bertingkat sesuai usia dan tingkat kompleksitas materi.

  3. Pembelajaran Berbasis Etika dan Literasi Digital: Tujuan bukan hanya pada keterampilan teknis, tetapi juga pada nilai-nilai etis, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan teknologi.

  4. Infrastruktur dan Dukungan Pemerintah: Dari penyediaan perangkat digital, pelatihan guru, hingga buku teks dan platform daring nasional, semua menjadi kunci implementasi.

  5. Peran Guru yang Strategis: Guru dilatih secara intensif untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran KA dengan pendekatan pedagogis yang relevan.

  6. Kolaborasi dengan Swasta: Dukungan dari perusahaan teknologi memperkuat sumber daya pendidikan dan membuka akses terhadap teknologi terbaru.

  7. Akses Merata dan Inklusif: Pemerintah menargetkan sekolah-sekolah di daerah tertinggal agar tidak tertinggal dalam pembelajaran digital.

Baca Juga :  Transformasi Pendidikan Digital Melalui Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial

Kesimpulan

Melihat praktik di Tiongkok, Singapura, India, Korea Selatan, dan Australia, jelas bahwa pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan utama dalam pendidikan. Kelima negara menunjukkan bahwa keberhasilan integrasi teknologi ke dalam pendidikan bergantung pada keselarasan antara kurikulum, infrastruktur, kompetensi guru, serta dukungan kebijakan yang menyeluruh.

Bagi Indonesia, pembelajaran dari negara-negara tersebut sangat relevan untuk membangun kerangka pendidikan masa depan yang berorientasi pada inovasi. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat menciptakan generasi yang tidak hanya mampu menggunakan teknologi, tetapi juga berdaya cipta dan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan global. Investasi pada koding dan KA hari ini adalah pondasi bagi daya saing bangsa di masa depan.

Scroll to Top