Urutan peristiwa cerita – Semut dan Beruang

Air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup di bumi. Semua makhluk hidup membutuhkan air. Banyak cara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan air. Bacalah cerita tentang air berikut.

Semut dan Beruang

Pada suatu hari, Beri si Beruang melihat ke dalam mata air. Beri mengeluh, 

 “Sepertinya air di mata air ini semakin sedikit saja. Pasti bangsa semut terlalu banyak mengambil air!” Beri lalu menundukkan kepala, melihat ke tanah dengan teliti. Ah, ia melihat seekor semut hitam berjalan membawa guci mungil di pundak. 

“Berhenti, semut!” teriaknya. “Aku tak akan membiarkanmu mengambil air di sumber airku lagi. Kamu sudah terlalu banyak mengambil air.  Berhenti atau kucakar kau!” ancam Beri Beruang.  

Semut hitam kecil itu tidak memperhatikan teriakan Beri. Ia merangkak ke bawah beberapa helai daun kering. Ia terus berjalan menuju sumber mata air. Beri mencakar dan mengendus daun-daun sambil berteriak, “Tak ada gunanya sembunyi! Aku bisa menemukanmu!” 

Semut hitam berteriak dari arah belakang Beri, “Kenapa kamu pelit sekali? 

 Bayi-bayi semut di lembah semut sangat kehausan. Air di mata air ini kan masih banyak sekali. Bahkan masih cukup untuk seribu rusa.” 

“Dengar kataku!” geram Beri sambil membalik tubuhnya. “Aku tak akan memberikanmu air lagi. Semua semut dilarang mengambil air di sini lagi!” 

Semut Hitam terdiam sebentar. Lalu katanya, “Apa boleh buat, kalau kau sudah memutuskan begitu! Tapi aku tetap akan mengambil air untuk bayi-bayi semut di lembah!” 

Beri beruang sangat marah. Namun, Semut Hitam sudah menghilang lagi ke bawah daun-daun kering. Beri mencarinya, tetapi ia tidak melihat apa-apa di rumput. Akhirnya ia kembali dengan jengkel ke sarangnya di dekat pohon oak. 

Semut-semut yang haus menunggu  di lembah semut. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya mereka berbaris menuju mata air. Salah satu semut melihat guci air milik Semut Hitam yang tergeletak di jalan. 

Baca Juga :  Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia

“Pasti Semut Hitam mendapat masalah. Lihatlah! Ini gucinya, tapi dia tidak tampak!” Mereka memungut guci itu dan terus berjalan. 

Saat itu seekor kelinci mengintip dari balik semak. Kelinci itu mengangkat telinganya dan berbisik, “Jangan pergi ke mata air itu. Pulanglah, kalian dalam bahaya. Beri sedang marah. Ia bilang, air di mata airnya berkurang. Ia akan mencakar semut-semut yang berani mengambil air dari mata airnya!” Akan tetapi semut-semut itu tidak takut. “Mana beruang itu sekarang?” tanya mereka. “Ia sedang di rumahnya beristirahat,” jawab Kelinci. 

Semut-semut itu berbaris seperti tali sepatu di rumput. Mereka melihat seekor tupai duduk di pohon dan bertanya, “Apa kami sedang berjalan tepat ke arah sarang beruang?” “Ya, ya, ini memang jalan ke arah sarangnya,” jawab Tupai. “Tapi sebaiknya kalian balik ke rumah. Beri beruang dari tadi berteriak terus. Katanya, kalau kalian mengambil air dari mata airnya, ia akan mencakar kalian.” Akan tetapi semut-semut itu tak mau kembali. Mereka terus berbaris seperti tali sepatu di tanah. Hari hampir malam ketika mereka tiba di depan pohon oak tua. Mereka melihat sekeliling, dan menemukan sebuah retakan di tanah. Mereka masuk ke dalamnya, dan mulai menggali sebuah lubang.  “

“Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menggali?” tanya Tikus Tanah yang merasa terganggu dari tidurnya. “Kami ingin menangkap Beri beruang. Kami sedang membuat jebakan untuknya,” kata para semut. “Bahaya sekali!” seru Tikus Tanah. “Dia pasti sudah menangkap Semut Hitam saudara kami. Ia juga berniat mencakar kami, hanya karena kami mengambil air dari mata air!” kata semutsemut. “Aku akan menolong kalian menggali di bawah sarangnya. Aku pernah hampir tertangkap dia dahulu.” Seharian itu, para semut dan Tikus Tanah menggali lubang di bawah sarang Beri. Mereka terus menggali selama sepuluh hari. Beri beruang sama sekali tidak curiga.  

Baca Juga :  Pelepasan atau Penglepasan ?

Suatu malam di hari kesepuluh, Beri beruang kembali ke sarangnya dengan hati gembira. Ia berhenti di depan rumahnya di pohon oak dan berkata pada dirinya, “Aku sudah makan dan minum sampai kenyang. Satu-satunya yang bikin aku jengkel adalah semut-semut itu. Mereka masih berani mengambil air dari mata airku! Besok akan aku hancurkan lembah semut itu! Akan kucakar mereka dengan cakarku seperti ini…” Beri beruang mulai mencakar ke segala arah. Ia menghentakkan kakinya ke lantai sarangnya dan…  BRRUUKK…  

Lantai sarangnya jebol. Beri beruang jatuh ke lubang di bawah sarangnya. Lubang itulah yang telah digali para semut dan Tikus Tanah. Beri Beruang harus terus tinggal di lubang itu, kecuali ada penjaga hutan yang menemukannya. Semut-semut itu akhirnya  hidup damai di lembah semut. Saat itu Semut Hitam saudara mereka juga sudah kembali ke rumah.  Ternyata ia hanya terpeleset di jalan. Jadi tidak ada yang merusak kebahagiaan mereka sekarang. Para semut dengan bebas pergi mencari makan dan minum di hutan.

(Sumber: Buku Siswa Kelas V SD yang diambil dari – bobo.kidnesia.com) 

Jelaskan peristiwa pada cerita “Semut dan Beruang” dengan bahasamu sendiri. Tulislah dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perhatikan penggunaan kata-kata baku. Perhatikan pula penggunaan tanda baca yang benar. Tulislah dalam kotak berikut, lalu bacalah di depan teman-teman dan Bapak/Ibu Guru.

Urutan peristiwa pada cerita “Semut dan Beruang”

Urutan peristiwa pada cerita “Semut dan Beruang”

Beruang melihat semut berjalan mengambil air, beruang mengancam semut yang sedang berjalan akan tetapi semut tidakmengetahui ancaman tersebut. Berunag mencari keberadaan semut, akan tetapi semut tidak ditemukan dan akhirnya kembali kesarangnya dengan rasa jengkel.

Salah satu semut melihat guci milik si semut hitam yang tergeletak di jala, Karena melihat guci tersebut segerombolan semut yang mengantri meuju mata air, menganggap semut hitam sedang mendapatkan masalah.

Baca Juga :  Soal Penilaian Harian / Ulangan harian Kelas V, Tema 6 Subtema 1

kelinci melarang semut supaya tidak pergi ke mata air itu. Akan tetapi semut-semut itu tidak takut dan  pergi menuju sarang Beruang. Semut-semut itu berbaris seperti tali sepatu di rumput menuju sarang Beruang.

Di tengah jalan seekor tupai mengingatkan Semut agar tidak ke rumah Beruang yang sedang marah. Semut-semut itu tak mau kembali dan terus berjalan. Sampai di depan pohon oak tua mereka menggali sebuah lubang. Seekor tikus tanah yang juga pernah diancam Beruang membantu Semut menggali jebakan.

Suatu malam Beri Beruang marah dan menghentakkan kakinya ke lantai sarangnya. Lantai sarangnya jebol dan jatuh ke lubang di bawah sarangnya.

Semut-semut itu akhirnya hidup damai di lembah semut. Semut Hitam saudara mereka juga sudah kembali ke rumah. Ternyata ia hanya terpeleset di jalan. Para semut dengan bebas pergi mencari makan dan minum di hutan.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.