Kunci Jawaban Kisah Putri Tangguk

gurune.net – Kunci Jawaban Kisah Putri Tangguk. Sebelumnya kita sudah mempelajarai Lagu Injit Injit Semut. Kali ini kita masuk ke materi berikutnya yaitu ” Kisah Putri Tangguk ” Simak baik-baik ya nak..

Beni senang berlibur di rumah Paman Tagor. Paman Tagor memiliki banyak koleksi buku. Buku-bukunya disimpan di perpustakaan. Beni sering diajak oleh Gultom dan Puspa untuk membaca buku di perpustakaan rumahnya. Mereka sangat senang membaca buku cerita. Salah satu buku cerita yang mereka sukai berjudul Kisah Putri Tangguk. Tahukah kamu tentang cerita tersebut? Bacalah cerita berikut.

Kisah Putri Tangguk

Putri Tangguk tinggal bersama suami dan ketujuh anaknya di daerah Jambi. Putri Tangguk memiliki sepetak sawah yang ditanami padi. Anehnya, setiap selesai panen, padinya selalu muncul dan siap untuk dipanen kembali. Bahkan, ketujuh lumbung Putri Tangguk hampir penuh untuk menampung hasil panennya.

Saat panen terakhir, Putri Tangguk mengajak suami dan semua anaknya ke sawah. Mereka memasukkan hasil panen ke gerobak.

”Panen sudah selesai. Sepertinya, persediaan padi kita sudah cukup untuk beberapa bulan,” kata Putri Tangguk.

Kemudian, mereka mendorong gerobak bersama-sama. Di tengah perjalanan, Putri Tangguk jatuh terpeleset.

”Aduuuuh…,” teriak Putri Tangguk.

”Hati-hati, Bu. Semalam hujan deras. Jalannya menjadi licin,” kata suami Putri Tangguk sambil membantunya berdiri.

”Gara-gara hujan, jalannya licin. Perjalanan ke rumah masih jauh, bisa-bisa aku terjatuh lagi,” gerutu Putri Tangguk.

Putri Tangguk mengambil padi dari gerobaknya. Kemudian, padi ditebar di jalan. Melihat perilaku ibunya, si anak sulung pun bertanya.

”Apa yang Ibu lakukan? Mengapa Ibu membuang padi itu ke jalan?”

”Ibu tidak membuang padi. Padi ini Ibu gunakan sebagai pengganti pasir. Ibu menebarnya agar jalan ini tidak licin lagi,” jawab Putri Tangguk.

”Istriku, bukankah padi itu untuk kita makan? Tidak baik rasanya jika membuang-buang
makanan,” nasihat suami Putri Tangguk.

Putri Tangguk tidak mengindahkan nasihat suaminya. Bahkan, Putri Tangguk membantahnya.

”Masa bodoh. Bukankah padi kita sudah banyak. Apa kau mau aku terjatuh lagi dan tulangku patah?” bantah Putri Tangguk sambil terus menebar padi ke jalan.

Setelah panen terakhir, Putri Tangguk tidak pernah kembali ke sawah. Ia berada di rumah untuk merawat ketujuh anaknya. Suatu malam anak bungsu Putri Tangguk merengek karena lapar. Akhirnya, Putri Tangguk ke dapur untuk mengambil nasi. Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati pancinya kosong.

”Mengapa panci ini kosong? Bukankah tadi masih tersisa sedikit nasi?” tanya Putri Tangguk dalam hati.

Karena si bungsu terus merengek, Putri Tangguk pun memutuskan untuk menanak nasi. Namun, Putri Tangguk kembali terkejut ketika mendapati beras yang ia simpan dalam kaleng juga menghilang.

”Ke mana perginya beras itu? Aku ingat masih banyak beras di sini sebelumnya.
Jangan-jangan ada orang yang mencurinya,” kata Putri Tangguk.

Kemudian, Putri Tangguk membujuk anak bungsunya untuk tidur. Besok ia berencana untuk menumbuk padi yang disimpan di lumbungnya.

Pagi harinya Putri Tangguk terkejut mendengar teriakan suaminya.

”Istriku…istriku…cepat kemari,” teriak suami Putri Tangguk.

Putri Tangguk segera berlari menemui suaminya. Ia menghampiri suaminya yang berada di depan
pintu lumbung. Ia pun bertanya kepada suaminya.

”Ada apa suamiku?” tanya Putri Tangguk dengan cemas.

”Aku tidak tahu, istriku. Lumbung ini sudah kosong saat aku membukanya,” jawab suami Putri Tangguk.

Putri Tangguk dan suaminya bergegas memeriksa lumbung yang lain. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati ketujuh lumbungnya telah kosong. Putri Tangguk pun menangis.

”Apa yang terjadi padaku? Tadi malam nasi dan beras hilang. Sekarang padi di lumbung pun juga ikut menghilang,” jerit Putri Tangguk.

”Jangan cemas, istriku. Bukankah kita masih memiliki sawah. Besok kita ke sawah. Siapa tahu padinya telah menguning,” hibur suami Putri Tangguk.

Keesokan paginya Putri Tangguk mengikuti suaminya ke sawah dengan cemas. Setibanya di sawah, tangis Putri Tangguk semakin keras karena mendapati sawahnya telah berubah menjadi semak belukar.

Putri Tangguk menagis seharian. Bahkan, ia tidak mau pulang dan menunggui sawahnya hingga tertidur. Dalam mimpinya, Putri Tangguk didatangi segerombolan padi yang dapat berbicara.

”Hai, Putri Tangguk. Inilah buah dari kesombonganmu. Masih ingatkah engkau ketika membuang kami ke jalan?” tanya padi-padi itu.

”Kau telah menghina kami. Kau telah menjadikan kami pasir untuk alas jalanmu. Kami ini dipanen untuk dimakan, bukan untuk dibuang sembarangan. Dengan membuang kami, berarti kamu tidak membutuhkan kami untuk makananmu,” kata padi-padi itu lagi.

Putri Tangguk hanya bisa diam dan tidak menjawab. Ia menyesali kebodohannya. Ia pun memohon maaf kepada padi-padi itu.

”Tak bisakah kalian memaafkanku? Aku telah menyesali perbuatanku,” kata Putri Tangguk sambil menangis.

”Sekarang kau dan keluargamu harus bekerja keras. Bersihkan sawah ini, bajaklah, lalu tanamlah kami kembali. Setelah tiga bulan, barulah kalian dapat memanen kami kembali,” jawab padi-padi itu.

Ketika Putri Tangguk ingin menjawab, ia tersentak bangun dari tidurnya. Putri Tangguk pun kembali pulang. Kemudian, ia menceritakan mimpinya kepada suaminya. Keesokan harinya keluarga Putri Tangguk bergotong royong membersihkan sawah dan menanam padi. Ia dan keluarganya merawat sawah dan menjaga padinya dengan baik. Mereka menunggu dengan sabar hingga padi yang mereka tanam siap dipanen. Putri Tangguk juga berjanji tidak akan menyia-nyiakan sebutir padi pun hasil panen dari sawahnya.

Diambil dari materi buku siswa kelas 5 SD K-13 Disadur dari Kisah Putri Tangguk, http://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-jambi-cerita-daerah-jambi-terbaik/.

Dalam cerita terdapat tokoh yang memiliki sifat baik hati. Tokoh seperti itu disebut protagonis. Ada pula tokoh
yang memiliki sifat jahat. Tokoh bersifat jahat disebut antagonis. Tahukah kamu siapa tokoh protagonis dan tokoh antagonis pada cerita di atas? Ayo, lakukan kegiatan berikut.

Baca Juga :  Jawaban dari Bacaan Sikap Gotong Royong di Kampung Nelayan

Tokoh protagonis: tokoh yang memiliki sifat baik hati.

Tokoh antagonis: tokoh yang memiliki sifat jahat.

Ayo Berlatih

Jawablah dari Ceritacerita Kisah Putri Tangguk

1.      Apa jenis cerita fiksi berjudul Kisah Putri Tangguk?

Cerita berjudul Kisah Putri Tangguk berjenis cerita rakyat, yaitu legenda

2.    Siapa tokoh dalam cerita berjudul Kisah Putri Tangguk?

Tokoh dalam cerita Kisah Putri Tangguk adalah Purti Tangguk, Suami Putri Tangguk, dan Si
sulung anak Putri Tangguk

3.      Siapa tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita di depan?

Tokoh utama dalam cerita Kisah Putri Tangguk adalah Putri Tangguk dan Suami Putri Tangguk

4.      Siapa tokoh protagonis dalam cerita di depan? Jelaskan alasanmu.

Tokoh protagonist dalam cerita Kisah Putri Tangguk adalah suami Putri Tangguk dan adak sulung Putri Tannguk. Kedua tokoh tersebut bersifat baik karena mereka mengingatkan Putri Tangguk untuk tidak membuang-buang padi

5.      Siapa tokoh antagonis dalam cerita di depan? Jelaskan alasanmu.

Tokoh antagonis dalam cerita Kisah Putri Tangguk adalah Putri Tangguk. Putri Tangguk bersifat jahat
karena dia membuang-buang padi yang seharusnya menjadi bahan makanannya bukan
untuk dibuang.

Penutup

Demikian materi tentang kisah Putri Tangguk, Simak terus di gurune ya nak, materi berikutnya kita akan bahas tentang Makna Lagu Yamko Rambe Yamko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.