taksonomi bloom – gurune.net |
Gurune.net –Higher Order Thinking Skills (HOTS). Penyempurnaan
kurikulum 2013 antara lain dilakukan pada standar isi yaitu mengurangi materi
yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik serta diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk berpikir
kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional.
Penyempurnaan lainnya
juga dilakukan pada standar penilaian, dengan memberi ruang pada pengembangan
instrument penilaian yang mengukur berfikir tingkat tinggi.
Penilaian hasil
belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong
peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
Selama
ini sebagian besar guru SD sasaran kurikulum 2013 cenderung masih mengukur
kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower
Order Thinking Skills/LOTS) dan soal-soal yang dibuat tidak kontekstual.
Soal-soal yang disusun oleh guru umumnya mengukur keterampilan mengingat (recall).
Bila dilihat dari konteksnya
sebagian besar menggunakan konteks di dalam kelas dan sangat teoretis, serta
jarang menggunakan konteks di luar kelas.
Sehingga tidak memperlihatkan
keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran dengan situasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Selain
itu, hasil studi internasional Programme
for International Student Assessment (PISA)
menunjukkan prestasi literasi membaca (reading
literacy), literasi matematika (mathematical
literacy), dan literasi sains (scientific
literacy) yang dicapai peserta didik Indonesia sangat rendah.
Pada umumnya
kemampuan peserta didik Indonesia sangat rendah dalam:
- memahami informasi
yang kompleks; - teori, analisis, dan pemecahan masalah;
- pemakaian alat,
prosedur dan pemecahan masalah; dan - melakukan investigasi.
Kemampuan
guru SD dalam mengembangkan instrument penilaian berpikir tingkat tinggi perlu
ditingkatkan.
Instrumen penilaian yang
dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian
peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Mengapa asesmen
di Indonesia diarahkan ke model asesmen High
Order Thinking Skills (HOTS)?”
# Kecakapan
Abad 21yangdibutuhkan
Kualitas
Karakter
- Bagaimana
menghadapi lingkungan yang terus berubah. - Iman & taqwa
- Rasa
ingin tahu - Inisiatif
- Gigih
- Kemampuan beradaptasi
- Kepemimpinan
- Kesadaran
sosial dan budaya.
Kompetensi
- Bagaimana
mengatasi
tantangan yang kompleks. - Berpikir kritis/memecahkan masalah
- Kreativitas
- Komunikasi
- Kolaborasi
LiterasiDasar
- Bagaimana
menerapkan keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari. - Baca tulis
- Berhitung
- Literasi sains
- Literasi informasi teknologi dan
komunikasi - Literasi keuangan
- Literasi budaya dan kewarganegaraan
” Hasil PISA 2012: mayoritas siswa usia 15 tahun belum memiliki literasi dasar (membaca, matematika, sains)”
Anak-anak
kita tidak
akan berdaya
saing bila
di sekolah mereka
tidak dilatih
kecakapan hidup abad 21,
misalnya:
untuk
membuat perbandingan,
membuat penilaian
data, berpikir kritis,
membuat kesimpulan,
memecahkan masalah
dan menerapkan pengetahuan
mereka pada
konteks kehidupan
nyata serta
pada situasi
yang masih asing .
# Hasil pembelajaran masih berada di bawah negara-negara lain
Indonesiaberadadiperingkat3terbawahuntukrata-rataskorPISA
(Math, Science, Read)
Lebihdari¾siswaberadadi “low” levelpadamatematika(TIMSS)dantidakadayangberadadi
“advanced” level
# Pergerakan
Skor PISA OECD Indonesia 2000-2015
pergerakan skor pisa oecd |
# Perbandingan
Peringkat
PISA 2015
Dari data diatas maka indonesia perlu menerapkan konsep HOTS dalam pendidikan di Indonesia
Kita bahas tuntas tentang HOTS
A. Pengertian Soal HOTS
Soal-soal
HOTS merupakan instrumen pengukuran
yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate),
atau merujuk tanpa melakukan pengolahan
(recite). Soal-soalHOTSpada konteks asesmen mengukur
kemampuan:
- transfer satu konsep ke konsep lainnya,
- memproses dan
menerapkan informasi, - mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, - menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan
- menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang
berbasis HOTS tidak berarti soal yang
lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat
dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS
mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual,
konseptual, atau prosedural saja.
Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan
menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan
masalah (problem solving), memilih
strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery)
metode baru, berargumen (reasoning),
dan mengambil keputusan yang tepat.
Dalam
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah dinyatakan secara eksplisit bahwa capaian pembelajaran (learning
outcome) ranah pengetahuan mengikuti Taksonomi Bloom yang telah direvisi
oleh Lorin Anderson dan David Krathwohl (2001) terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan
pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada
pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja “menentukan‟ pada Taksonomi Bloom
ada pada ranah C2 dan C3.
Dalam
konteks penulisan soal-soal HOTS,
kata kerja “menentukan‟ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila
untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis
informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan
keputusan yang terbaik.
Bahkan kata kerja “menentukan‟ bisa digolongkan C6
(mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan
masalah baru.
Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh
proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
KUNJUGI JUGA
“Semua Kata Kerja Operasional ( KKO )“
Dimensi
pengetahuan yang dinilai beserta contohnya tampak dalam Tabel 3.12 ini (Anderson, et.al.,
2001).
tabel 3.13 – gurune.net |
Karena semua rumusan kompetensi dasar maupun indikator pencapaian
kompetensi selalu terdiri atas proses kognitif, yang ditunjukkan dengan kata
kerja operasional, dan dimensi pengetahuan, maka penilaian (kategori-kategori) pengetahuan
tidaklah mungkin dilakukan tanpa menyertakan bagaimana pengetahuan tersebut
digunakan dengan beragam proses kognitif.
Tabel 3.13 adalah contoh-contoh
aktivitas atau pertanyaan yang sudah mengombinasikan kedua dimensi yang
terdapat dalam rumusan kompetensi dasar, atau indikator.
Sesuai dengan taksonomi Lorin Anderson dan David Krathwohl (2001),
dimensi proses kognitif HOTS yakni menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus
merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang
disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber
dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi,
kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan
yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat,
kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah
tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi
stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS.
B. Karakteristik
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk
penilaian kelas dan Ujian Sekolah. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan,
berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.
1.
Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan
argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun,
menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk
mengingat, mengetahui, atau mengulang.
Dengan demikian, jawaban soal-soalHOTStidak tersurat secara eksplisit
dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat
tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil
keputusan (decision making).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam
dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.
Kreativitas
menyelesaikan permasalahan dalam HOTS,
terdiri atas:
- kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
- kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; - menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.
Difficulty’ is NOT same as higher order thinking.
Tingkat kesukaran dalam butir
soal tidak sama dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang
tidak umum (uncommon word) mungkin
memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab
permasalahan tersebut tidak termasuk higher
order thinking skills.
Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu agar
peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses
pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan
konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
Aktivitas dalam pembelajaran dapat
mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2.
Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal
HOTS merupakan asesmen yang berbasis
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan
dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah.
Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini
terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik
untuk menghubungkan (relate),
menginterpretasikan (interprete),
menerapkan (apply) dan
mengintegrasikan (integrate) ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
Berikut ini diuraikan lima
karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
- Relating, asesmen terkait langsung
dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. - Experiencing, asesmen yang ditekankan
kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation). - Applying, asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah
nyata. - Communicating, asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk mampu mengomunikasikan
kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah. - Transfering, asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk mentransformasi
konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual
yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai berikut.
jawaban yang tersedia;- Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
- Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu
yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.
Berikut disajikan perbandingan
asesmen tradisional dan asesmen kontekstual.
tabel perbandingan asesmen |
3.
Menggunakan bentuk soal beragam
soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci
dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes.
Hal ini penting diperhatikan oleh
guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif. Artinya
hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan kemampuan
peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Penilaian yang dilakukan
secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif
bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.
Pilihan ganda
umumnya soal-soal HOTS menggunakan
stimulus yang bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari
pokok soal (stem) dan pilihan jawaban
(option).
Pilihan jawaban terdiri
atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.
Pengecoh merupakan
jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk
memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik.
Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit
dalam stimulus atau bacaan.
Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal
yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang
dimiliki serta menggunakan logika/ penalaran.
Jawaban yang benar diberikan skor
1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik
terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu
dengan yang lainnya.
Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda
kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual.
Peserta
didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu
peserta didik diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.
Pernyataan-pernyataan
yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan yang lainnya. Susunan
pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara random, tidak
sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang terpola sistematis dapat
memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.
Apabila peserta didik menjawab
benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila
terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal
isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol.
Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
- Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam
ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan
siswa. - Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa
kata,
atau waktu.
skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
d.
Jawaban singkat atau pendek
Soal
dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya berupa
kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan.
Karakteristik soal
jawaban singkat adalah sebagai berikut:
- Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah;
- Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang
singkat; - Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua
soal diusahakan relatif sama; - Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung
dari buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau
menghafal apa yang tertulis dibuku.
Setiap
langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah
diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal
bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.
Dalam
menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang
lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman
dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa.
Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya
masalah yang ditanyakan.
Di samping itu, ruang lingkup tersebut
harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya.
Dengan adanya batasan
sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat
dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu mempermudah pembuatan
kriteria atau pedoman penskoran.
Untuk melakukan penskoran,
penulis soal dapat menggunakan rubrik atau pedoman penskoran. Setiap langkah
atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta didik diberi skor 1, sedangkan
yang salah diberi skor 0. Dalam sebuah soal kemungkinan banyaknya kata kunci
atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih dari satu.
Sehingga skor untuk
sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor tiap langkah
atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta didik.
Untuk Pendampingan
Kurikulum 2013 bentuk soal HOTS yang
disarankan cukup 2 saja, yaitu bentuk pilihan ganda dan uraian.
Pemilihan
bentuk soal itu disebabkan jumlah peserta US umumnya cukup banyak, sedangkan
penskoran harus secepatnya dilakukan dan diumumkan hasilnya. Sehingga bentuk
soal yang paling memungkinkan adalah soal bentuk pilihan ganda dan uraian.
Sedangkan untuk penilaian harian, dapat disesuaikan dengan karakteristik KD dan
kreativitas guru mata pelajaran. Pemilihan bentuk soal hendaknya dilakukan
sesuai dengan tujuan penilaian yaitu assessment
of learning, assessment for learning,
dan assessment as learning.
Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif
mengembangkan soal-soal HOTS sesuai
dengan KI-KD yang memungkinkan dalam mata pelajaran yang diampunya.
Wawasan guru terhadap isu-isu global,
keterampilan memilih stimulus soal, serta
kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-aspek penting yang
harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan butir-butir soal yang
bermutu.
A. Level Kognitif
Anderson
& Krathwohl
(2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai berikut.
dimensi proses berfikir |
Sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja operasional (KKO) yang sama namun
berada pada ranah yang berbeda.
Perbedaan penafsiran ini sering muncul ketika guru
menentukan ranah KKO yang akan digunakan dalam penulisan indikator soal.
Untuk
meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik (2015) mengklasifikasikannya
menjadi 3 level kognitif sebagaimana digunakan dalam kisi-kisi UN sejak tahun
pelajaran 2015/2016.
Pengelompokan level kognitif tersebut yaitu:
1)
pengetahuan dan pemahaman (level 1),
2) aplikasi (level 2), dan
3) penalaran
(level 3).
Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing
level tersebut.
1.
Pengetahuan dan Pemahaman (Level Kognitif 1 )
Level kognitif pengetahuan dan
pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2).
Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan
prosedural.
Bisa jadi soal-soal pada level 1 merupakan soal kategori sukar,
karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat mengingat
beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan
langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu.
Namun soal-soal pada level 1
bukanlah merupakan soal-soalHOTS.
Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan,
menghitung, mendaftar, menyatakan, dan lain-lain.
2.
Aplikasi (Level Kognitif 2)
Soal-soal
pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi daripada
level pengetahuan dan pemahaman.
Level kognitif aplikasi mencakup dimensi
proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3).
Ciri-ciri soal pada level
2 adalah mengukur kemampuan:
- menggunakan pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel
lainnya; atau - menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi lain).
Bisa jadi
soal-soal pada level 2 merupakan soal kategori sedang atau sukar, karena untuk
menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau
peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah
(prosedur) melakukan sesuatu.
Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada
konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal
pada level 2 bukanlah merupakan soal-soalHOTS.
Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan,
menghitung, membuktikan, dan lain-lain.
3.
Penalaran (Level Kognitif 3)
Level
penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal
pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan
penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi
nyata yang tidak rutin).
Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir
menganalisis (C4) menuntut kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi
aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan
makna tersirat.
Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut
kemampuan peserta didik untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses
berpikir mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk merancang,
membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, menggubah.
Soal-soal pada level penalaran tidak selalu
merupakan soal-soal sulit.
Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut
kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi),
memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk
memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin.
Kemampuan menginterpretasi,
mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep
lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soal-soal
level 3 (penalaran).
Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara
lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis,
mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, dan menggubah.
A. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk
menulis butir soalHOTS, penulis soal
dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan
materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Selain itu uraian materi yang akan
ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku
pelajaran.
Oleh karena itu dalam penulisan soalHOTS, dibutuhkanpenguasaan materi ajar,
keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam
memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar
satuan pendidikan.
Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soalHOTS.
1.
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih
dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soalHOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soalHOTS. Guru-guru secara mandiri atau
melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan
soal-soalHOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soalHOTSbertujuan untuk membantu para guru
dalam menulis butir soalHOTS. Secara
umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam:
(a) memilih KD
yang dapat dibuat soal-soalHOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih
stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus
yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca
stimulus.
Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta
didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk
membaca.
Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari
lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4.
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis
sesuai dengan kaidah penulisan butir soalHOTS.
Kaidah penulisan butir soalHOTS,
agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya.
Perbedaannya
terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif
sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5.
Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap
butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau
kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.
Sedangkan
kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks
(benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
A. Contoh Soal HOTS
Level Kognitif 1
Kompetensi
Dasar: Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan
dengan upaya pelestariannya.
Materi : Pertumbuhan hewan
Kelas/Sem : IV/2
Indikator
Soal : Siswa dapat menentukan tahapan awal siklus
hidup hewan tertentu
Level Kognitif : 1 (mengingat-C1)
Soal : Tahapan pertumbuhan ayam dimulai dari ….
Kunci : telur
Skor :1 (jika benar) atau 0 (jika salah)
Penjelasan:
Soal tersebut termasuk level kognitif 1
(mengingat-C1) karena mengukur pengetahuan yang relevan dari ingatan.
Kompetensi Dasar: Membandingkan siklus hidup beberapa jenis
makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestariannya.
Materi : Pertumbuhan hewan
Kelas/Sem : IV/2
Indikator Soal : Disajikan tahapan siklus hewan secara acak, siswa dapat mengurutkan
tahapan siklus pertumbuhan hewan tersebut.
Level Kognitif : 1 (memahami-C2)
Soal :
Perhatikan gambar berikut!
Urutan pertumbuhan hewan pada gambar di atas
adalah
A. (1), (2), (3), dan (4)
B. (2), (3),
(4), dan (1)
C. (3),
(1), (4), dan (2)
D. (3),
(1), (2), dan (4)
Kunci : C. (3),
(1), (4), dan (2)
Skor :1 (jika benar) atau 0 (jika salah)
Penjelasan: Soal tersebut termasuk level
kognitif 1 (memahami-C2) karena mengukur pemahaman siswa tentang konsep
tertentu.
Waah, penjelasan yang sangat lengkap mengenai HOTS ini. Semoga guru-guru di Indonesia paham akan soal-soal HOTS.