Apa Tanggapan Tentang Sastra di Sekolah Dasar ?


gurune.net - Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap materi sastra di SD khususnya yang diambil dari sastra lama  yang berupa legenda dan pantun?     Masih relevankah?     Mengapa?    Tanggapan mengenai materi sastra di SD khususnya yang diambil dari sastra lama  yang berupa legenda dan pantun   Pada era globalisasi yang semakin menggerus kearifan local yang ada di Indonesia tentunya harus menjadi perhatian khusus bagi para pendidik yang menjadi ujung tombak dalam pembelajaran, yang menjadi teladan dan menjadi filter dari arus globalisasi tersebut.     Siswa harus dibekali landasan kearifan lokal di daerah tempat tinggalnya agar melupakan dasar dalam berkata dan bertindak baik dalam pembelajaran, disekolah maupun di masyarakat.     Sastra lama seperti dongen dan pantun bisa menjadi satu solusi yang dapat digunakan yaitu memperkenalkan kembali kearifan lokal  yang ada di Indonesia.     Membaca teks legenda juga dapat dijadikan pembiasaan membaca setiap hari.     Selain pembiasaan membaca  yang selaras dengan program literasi dalam pengembangan kurikulum 2013, kearifan lokal yang ditampilkan pada legenda  bisa dijadikan sumber  keteladanan dalam setiap perbuatan yang akan dikerjakan, karakter-karakter yang sebaiknya dimiliki melalui karakter tokoh dalam teks legenda.     Salah satu karakteristik legenda adalah tokoh dalam legenda memiliki karakter kepahlawanan, kepintaran, keberanian, dan kebaikankebaikan lain.     Itu artinya, tokoh dalam legenda tersebut akan memberikan gambaran kepada siswa tentang beberapa karakter yang perlu dan tidak perlu diteladani.     Keteladanan tokoh dalam teks legenda dapat memberikan contoh sikap yang baik sehingga membantu siswa dalam bertindak.     Kearifan lokal dalam legenda juga  membantu meenumbuhkan karakter cinta tanah air yang diikuti dengan beberapa karakter yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, peduli lingkungan, peduli sosial.       Sementara itu pantun bisa digunakan sebagai alat pemelihara bahasa, selain itu pantun juga memiliki manfaat agar siswa bisa memiliki kemampuan  berpikir secara sistematis. Pantun juga melatih seseorang berpikir tentang makna dari kata sebelum berujar.     Dan juga pantun melatih siswa untuk berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi sosial yang kuat.     Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya cukup dihargai.     Pantun menunjukkan kecepatan dan kecermatan proses berpikir  seseorang  dan bermain-main dengan kata.  Secara umum fungsi sosial pantun adalah sebagai alat penguat dalam mennyampaikan pesan.     Effensi (2005) mencatat semangat ”hakikat pantun menjadi penuntun" pada pantuan.     Penjelasan tersebut memperkuat  fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan  nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat.    Tujuan Kurikulum 2013 Saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013 yang memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.     Selain itu tujuan utama pengembangan kurikulum 2013 oleh pemerintah diantaranya adalah    Menciptakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan jernih Menciptakan siswa yang memiliki kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan Menciptakan siswa yang mampu menjadi warga negara yang bertanggung jawab Menciptakan siswa yang memiliki kemampuan mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda Menciptakan siswa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan  Dengan dasar uraian seperti diatas, menurut saya penggunaan sastra lama seperti legenda dan pantun masih sangat relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran pada masa yaitu melalui pembelajaran dengan basis kurikulum 2013.     Karena dengan menggunakan sastra lama siswa dapat meneladani karakter baik yang ada dalam legenda karena kebanyakan tokoh dalam legenda memiliki karakter antara lain, jujur, bertanggung jawab, memiliki rasa toleransi dan memiliki kepekaan di lingkungan masyarakat.     Serta siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan jernih melalui pembelajaran dengan menggunakan pantun.    Setelah membaca materi KB3  yang harus diperbaiki dari cara mengajarkan sastra anak adalah :  Menyediakan lebih banyak bahan bacaan berisikan  cerita  yang  mencerminkan perasaan anak- anak, pengalaman anak-anak serta   dapat dipahami dan   dinikmati oleh   anak-anak sesuai   dengan pengetahuan anak-anak. Memiliki pandangan bahwa sastra  anak- anak  bukan  hanya  buku  yang dibaca dan dinikmati anak - anak, tetapi juga ditulis khusus untuk anak - anak dan yang memenuhi standar artistic dan syarat kesastraan Memahami buku-buku/ karya sastra yang sesuai degan tahap perkembangan siswa Pengembangan  kemampuan  bersastra  di  sekolah  dasar  dilakukan  dalam  berbagai  jenis  dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Guru  harus menyadari prinsip  ganda  yang  terdapat  dalam  karya sastra yaitu pertama ,sastra sebagai pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah apa  saja  yang  terjadi  dalam  kehidupan kita  untuk  dihayati,  dinikmati, dirasakan,dipikirkan sehingga kita dapat lebih berinisiatif. Kedua,sastra sebagai bahasa 6Memahami kerakteristik peserta didik mencakup tingkat  apresiasi, minat,bakat,aspirasi,dan kesulitan. Sebagai pendidik seorang guru harus menguasai bahasa (sederhana,  konkret)  dan  isi relevan  dengan  kehidupan anak. Memahami Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia Menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran sastra
sastra di sd – gurune.net



gurune.net – Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap materi sastra di SD khususnya yang diambil dari sastra lama  yang berupa legenda dan pantun? 



Masih relevankah? 



Mengapa?

Tanggapan mengenai materi sastra di SD khususnya yang diambil dari sastra lama  yang berupa legenda dan pantun 

Pada era globalisasi yang semakin menggerus kearifan local yang ada di Indonesia tentunya harus menjadi perhatian khusus bagi para pendidik yang menjadi ujung tombak dalam pembelajaran, yang menjadi teladan dan menjadi filter dari arus globalisasi tersebut. 

Siswa harus dibekali landasan kearifan lokal di daerah tempat tinggalnya agar melupakan dasar dalam berkata dan bertindak baik dalam pembelajaran, disekolah maupun di masyarakat. 

Sastra lama seperti dongen dan pantun bisa menjadi satu solusi yang dapat digunakan yaitu memperkenalkan kembali kearifan lokal  yang ada di Indonesia. 

Membaca teks legenda juga dapat dijadikan pembiasaan membaca setiap hari. 

Selain pembiasaan membaca  yang selaras dengan program literasi dalam pengembangan kurikulum 2013, kearifan lokal yang ditampilkan pada legenda  bisa dijadikan sumber  keteladanan dalam setiap perbuatan yang akan dikerjakan, karakter-karakter yang sebaiknya dimiliki melalui karakter tokoh dalam teks legenda. 

Salah satu karakteristik legenda adalah tokoh dalam legenda memiliki karakter kepahlawanan, kepintaran, keberanian, dan kebaikankebaikan lain. 

Itu artinya, tokoh dalam legenda tersebut akan memberikan gambaran kepada siswa tentang beberapa karakter yang perlu dan tidak perlu diteladani. 

Keteladanan tokoh dalam teks legenda dapat memberikan contoh sikap yang baik sehingga membantu siswa dalam bertindak. 

Kearifan lokal dalam legenda juga  membantu meenumbuhkan karakter cinta tanah air yang diikuti dengan beberapa karakter yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, peduli lingkungan, peduli sosial. 

Baca Juga :  Mendampingi Anak Menonton Film Bersubtitle Indonesia Untuk Melatih Ketrampilan Membaca

Sementara itu pantun bisa digunakan sebagai alat pemelihara bahasa, selain itu pantun juga memiliki manfaat agar siswa bisa memiliki kemampuan  berpikir secara sistematis. Pantun juga melatih seseorang berpikir tentang makna dari kata sebelum berujar. 

Dan juga pantun melatih siswa untuk berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi sosial yang kuat. 

Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya cukup dihargai. 

Pantun menunjukkan kecepatan dan kecermatan proses berpikir  seseorang  dan bermain-main dengan kata.

Secara umum fungsi sosial pantun adalah sebagai alat penguat dalam mennyampaikan pesan. 

Effensi (2005) mencatat semangat ”hakikat pantun menjadi penuntun” pada pantuan. 

Penjelasan tersebut memperkuat  fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan  nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat.

Tujuan Kurikulum 2013

Saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013 yang memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. 

Selain itu tujuan utama pengembangan kurikulum 2013 oleh pemerintah diantaranya adalah

  1. Menciptakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan jernih
  2. Menciptakan siswa yang memiliki kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan
  3. Menciptakan siswa yang mampu menjadi warga negara yang bertanggung jawab
  4. Menciptakan siswa yang memiliki kemampuan mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda
  5. Menciptakan siswa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan

Dengan dasar uraian seperti diatas, menurut saya penggunaan sastra lama seperti legenda dan pantun masih sangat relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran pada masa yaitu melalui pembelajaran dengan basis kurikulum 2013. 

Baca Juga :  Syair dan Lirik Lagu Tanah Airku

Karena dengan menggunakan sastra lama siswa dapat meneladani karakter baik yang ada dalam legenda karena kebanyakan tokoh dalam legenda memiliki karakter antara lain, jujur, bertanggung jawab, memiliki rasa toleransi dan memiliki kepekaan di lingkungan masyarakat. 

Serta siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan jernih melalui pembelajaran dengan menggunakan pantun.

Setelah membaca materi KB3  yang harus diperbaiki dari cara mengajarkan sastra anak adalah :

  • Menyediakan lebih banyak bahan bacaan berisikan  cerita  yang  mencerminkan perasaan anak- anak, pengalaman anak-anak serta   dapat dipahami dan   dinikmati oleh   anak-anak sesuai   dengan pengetahuan anak-anak.
  • Memiliki pandangan bahwa sastra  anak- anak  bukan  hanya  buku  yang dibaca dan dinikmati anak – anak, tetapi juga ditulis khusus untuk anak – anak dan yang memenuhi standar artistic dan syarat kesastraan
  • Memahami buku-buku/ karya sastra yang sesuai degan tahap perkembangan siswa
  • Pengembangan  kemampuan  bersastra  di  sekolah  dasar  dilakukan  dalam  berbagai  jenis  dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
  • Guru  harus menyadari prinsip  ganda  yang  terdapat  dalam  karya sastra yaitu pertama ,sastra sebagai pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah apa  saja  yang  terjadi  dalam  kehidupan kita  untuk  dihayati,  dinikmati, dirasakan,dipikirkan sehingga kita dapat lebih berinisiatif. Kedua,sastra sebagai bahasa
  • 6Memahami kerakteristik peserta didik mencakup tingkat  apresiasi,
  • minat,bakat,aspirasi,dan kesulitan.
  • Sebagai pendidik seorang guru harus menguasai bahasa (sederhana,  konkret)  dan  isi relevan  dengan  kehidupan anak.
  • Memahami Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia
  • Menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran sastra

————————————————————————-

      Penulis : Yudha Candra purnama, S.Pd

      Jika Sobat ingin mengirimkan artikel di blog ini

      Kirim saja KESINI

2 pemikiran pada “Apa Tanggapan Tentang Sastra di Sekolah Dasar ?”

  1. dikurikulum sekarang di sd sangat minim mengulas kebahasaan mas apalagi sampai mengenalkan novel..muatan pelajaran yang dikemas dalam satu tema..menyebabkan bahasa indonesia hanya sebagai penyambung muatan pelajaran lain. jadi keilmuan kebahasaanya akan lebih ringan..mungkin di tingkat smp atau sma

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.