Indahnya Kebersamaan
Aku tinggal di Perumahan Griya Indah. Keluargaku baru dua bulan tinggal di Perumahan Griya Indah. Warga Perumahan Griya Indah ternyata sangat beragam, baik suku bangsa, agama, maupun profesi warganya. Namun, kebersamaan selalu mewarnai setiap kehidupan sehari-hari.
Sungguh kami tidak menduga kedatangan kami disambut oleh warga perumahan. Dua hari sebelum kami pindah, ayahku sudah melapor kepada ketua RW. Mungkin karena itulah kami mendapat sambutan dari warga perumahan. Ada acara sederhana menyambut kedatangan kami
”Selamat datang Pak Hary dan keluarga. Selamat bergabung di Perumahan Griya Indah. Semoga Pak Hary dan keluarga bisa segera berbaur dengan kami, warga yang sudah lebih dahulu menjadi penghuni Perumahan Griya Indah,” sambut Pak Arif, selaku Ketua RW.
”Terima kasih, Pak. Kami sungguh tidak menyangka akan mendapat sambutan yang begitu ramah dari semua warga. Kami berjanji akan membaur menjadi warga Perumahan Griya Indah ini. Semoga kehadiran kami di sini diterima dengan baik.”
Setelah itu, satu per satu para warga bersalaman dengan kami. Tidak hanya bapak-bapak dan ibu-ibu, tetapi ada juga remaja dan anak-anak yang ikut dalam penyambutan kami. Tiba-tiba saja rasa haru menyeruak dalam hati mendapat sambutan yang begitu
hangat.
Hari itu juga aku berkenalan dengan beberapa teman. Ada Kemal, Entin, Bram, Tiur Ronal, Melani, dan masih banyak lagi. Dari namanya aku menduga mereka berasal dari
suku bangsa berbeda. Ternyata dugaanku tidak salah. Kemal bersuku bangsa Madura. Entin bersuku bangsa Sunda. Bram berasal dari Maluku. Tiur dari Batak. Ronal dari Minahasa. Melani seorang anak Tionghoa.
Pada hari itu juga kami menata rumah dibantu oleh para warga. Pekerjaan berat menjadi ringan dikerjakan bersama-sama. Dengan bantuan warga, rumah baru kami menjadi tertata. Semua barang sudah diletakkan di tempat yang sesuai. Kami tinggal menata perlengkapan pribadi kami masing-masing.
Di Perumahan Griya Indah ini ada sanggar seni. Anggotanya adalah para remaja dan anak-anak.Di sanggar seni ini ada kegiatan menari dan bermain musik. Ada tarian Jawa,
Sunda, dan Bali yang diajarkan di sanggar seni tari. Ada angklung dan kulintang yang diajarkan di sanggar seni musik. Aku pun menjadi anggota sanggar seni. Aku memilih belajar tari Bali. Sementara itu, kakakku menjadi anggota kesenian kulintang. Kami berasal dari Jawa. Namun, kami tidak hanya ingin mempelajari budaya Jawa. Kami juga ingin mempelajari seni dari suku bangsa lain.
Selama dua bulan aku belajar tari Pendet, tarian terkenal dari Pulau Dewata. Selain aku
ada beberapa teman yang belajar tari Pendet. Melani salah satunya. Aku kagum dengan Melani, ternyata ia sangat luwes menari. Kerling mata dan gerakan-gerakan tangan dan kakinya sangat indah dan serasi.
Bulan Agustus pun segera tiba. Seperti di tempat-tempat lain, warga Perumahan Griya Indah pun sibuk mempersiapkan peringatan HUT RI yang dirayakan setiap tanggal 17 Agustus. Ada beberapa kegiatan dan acara yang akan dilaksanakan di Perumahan Griya Indah. Semua warga akan terlibat dalam acara tersebut.
Puncak dari semua kegiatan itu adalah Pentas Seni dan Pesta Warga. Dalam acara tersebut akan ditampilkan berbagai kesenian yang ditekuni warga perumahan. Aku dan
kakakku juga akan tampil. Aku akan menarikan tari Pendet bersama beberapa temanku. Kakakku dan teman-temannya akan memainkan musik kolintang untuk
mengiringi beberapa warga menyanyi. Pesta rakyat yang dimaksud adalah makan
bersama seluruh warga perumahan. Menu yang disajikan juga makanan tradisional.
Yang unik dari acara ini adalah semua warga diminta mengenakan baju adat daerah masing-masing.Berhubung keluargaku bersuku Jawa, tepatnya Jawa Tengah, keluargaku mengenakan baju adat Jawa. Keluargaku jarang mengenakan pakaian adat. Biasanya ayah dan ibu hanya mengenakan pakaian adat pada acara-acara tertentu.
Selain mengenakan pakaian adat, setiap keluarga juga diminta membawa makanan khas daerah asal. Setiap keluarga bisa membawa sendiri atau bersama-sama dengan
tetangga sesuku. Keluargaku mendapat bagian membawa makanan kecil. Ibuku lalu
membawa kue wajik dan sosis solo, makanan khas Jawa Tengah.
Tepat pukul 19 acara Pentas Seni dan Pesta Rakyat dimulai. Acara dibuka dengan sambutan ketua RW, kemudian dilanjutkan dengan acara pentas seni. Ada tarian, ada nyanyian, ada permainan alat musik, bahkan ada pantomime dan pembacaan puisi. Semua hiburan dibawakan oleh warga. Pada sela-sela acara, sambil menikmati pertunjukan, kami minum dan makan makanan kecil yang tersedia.
Satu demi satu kesenian telah ditampilkan. Puncak dari semua acara tersebut adalah makan malam bersama. Sebelumnya, ketua RW mengajak kami menyanyi bersama. Sambil bergandengan tangan dan diiringi musik kulintang, kami menyanyikan lagu ”SatuNusa Satu Bangsa”. Lagu yang menggambarkan kesatuan bangsa Indonesia walaupun berbeda-beda. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hati, antara haru, bangga, dansyukur berpadu menjadi satu. Sungguh indah perbedaan di antara kami. Betapaindahnya kebersamaan yang kami lakukan di antara berbagai perbedaan.
***
Keragaman Bangsa Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 13.000 pulau yang
membentang di sepanjang wilayah Indonesia. Ada pulau besar, ada juga pulau kecil. Sebagian besar pulau sudah berpenghuni. Namun, ada juga pulau yang belum berpenghuni. Ribuan pulau itu menjadi salah satu kekayaan negara Indonesia.
Ada keragaman ras, budaya, suku bangsa, agama, bahasa, dan masih banyak lagi. Semua perbedaan itu mewarnai kehidupan bangsa Indonesia di seluruh wilayah Indonesia.
Keragaman masyarakat Indonesia dilatarbelakangi oleh keadaan berikut.
1. Kondisi negara sebagai negara kepulauan.
2. Letak strategis wilayah Indonesia.
3. Perbedaan kondisi alam wilayah Indonesia.
4. Sikap masyarakat terhadap perubahan yang terjadi.
5. Sarana transportasi dan komunikasi.
Kelima latar belakang itulah yang antara lain menjadikan Indonesia mempunyai beragam suku bangsa, agama, kepercayaan, dan ras di Indonesia. Letak geografis Indonesia di jalur perdagangan internasional serta kekayaan alam yang berlimpah menarik pedagang asing datang di Indonesia. Mereka melakukan kegiatan perdagangan dan menyebarkan agama serta kepercayaan.
Sementara itu, perbedaan ras adalah perbedaan sekelompok besar manusia yang memiliki ciri-ciri fisik yang sama. Antarmanusia memiliki perbedaan ras yang disebabkan oleh perbedaan ciri fisik, seperti rambut, warna kulit, bentuk badan, ukuran badan, bentuk mata, dan ciri fisik lainnya. Keragaman rasmasyarakat Indonesia antara
lain karena kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia.
Ras yang ada di Indonesia, antara lain ras Malayan-Mongoloid yang tersebar di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Ras lain yang tersebar di wilayah Papua, NTT, dan Maluku adalah ras Malanesoid. Selanjutnya, ras Kaukosid yaitu orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika. Terakhir adalah ras Asiatic Mongoloid, seperti bangsa Tionghoa, Korea, dan Jepang. Ketiga ras ini menyebar di seluruh wilayah Indonesia, tetapi ada juga yang mendiami wilayah tertentu.
Sementara itu, budaya bersifat umum. Artinya, ada berbagai sifat umum yang melekat dan menyatu pada setiap budaya yang dihasilkan.
Beberapa sifat umum budaya sebagai berikut.
1. Kebudayaan berdasar pada lambang.
2. Kebudayaan merupakan milik bangsa.
3. Kebudayaandapat terintegrasi.
4. Kebudayaan selalu berubah.
5. Kebudayaan bisa disesuaikan.
6. Kebudayaan adalah hasil belajar.
7. Kebudayaan bersifat nisbi dan relatif.
Bagaimanakah kita bisa mengetahui dan memahami arti perbedaan bangsa Indonesia? Salah satu caranya adalah dengan mengunjungi pulau-pulau atau daerah-daerah di wilayah Indonesia. Dengan mengunjungi wilayah-wilayah tersebut, kita akan mengetahui perbedaan secara kewilayahan dan perbedaan sosial budaya masyarakat Indonesia.
Aspek kewilayahan menjelaskan bahwa wilayah NKRI merupakan Negara kepulauan dengan ribuan pulau besar dan kecil di dalamnya. Antarpulau disatukan oleh bentangan laut yang luas. Sebaliknya, aspek sosial budaya menjelaskan bahwa banyak
perbedaan dalam masyarakat Indonesia. Agar tidak menimbulkan perselisihan,antargolongan harus saling menghargai dan menghormati. Dengan demikian, persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia akan tetap terjalin.
Keragaman di Indonesia, terutama keragaman budaya, dapat dimanfaatkan untuk hal-hal berikut.
1. Sumber pengetahuan bagi dunia.
2. Sebagai identitas di mata internasional.
3. Memupuk sikap toleransi.
4. Menumbuhkan sikap nasionalisme.
5. Menjadikan perbedaan sebagai alat pemersatu bangsa.
Jika kelima manfaat tersebut disadari dan dilaksanakan oleh bangsa Indonesia, niscaya tidak akan ada perselisihan yang menimbulkan perpecahan yang didasarkan pada
perbedaan suku bangsa, ras, agama, kepercayaan, dan budaya. Justru perbedaan
ini harus bisa mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Semboyan ”Bhineka
Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu jua, tetap dan selalu mendasari persatuan bangsa Indonesia.
Disadur dari: buku siswa kelas 6 yang bersumber dari http://www.markijar/2016/keberagaman-bangsa-indonesia.html
***
Mengikuti Festival Lagu Nusantara
Bungong jeumpa, bungong jeumpa meugeh di Aceh
bungong teuleubeh, teuleubeh indah lagoina
Bungong jeumpa, bungong jeumpa meugeh di Aceh
bungong teuleubeh, teuleubeh indah lagoina
Puteh kuning, meajampu mirah Bungong si ulah indah lagoina
….
Terdengar alunan lagu tersebut dari aula sekolah. Rara dan teman-temannya yang tergabung di paduan suara SD Teladan sedang berlatih. Mereka akan mengikuti Festival Lagu Nusantara.
Persiapan mengikuti festival tersebut sudah dilakukan sejak dua bulan lalu. Kala itu, Rara dan 24 temannya yang tergabung dalam Paduan Suara SD Teladan, dikumpulkan
Bu Mutia dan Pak Amir di aula sekolah. Mereka akan mewakili SD Teladan, tempat Rara bersekolah, mengikuti Festival Lagu Nusantara.
Dalam festival tersebut setiap paduan suara diminta menyanyikan dua lagu. Lagu pertama telah ditentukan oleh panitia. Sebuah lagu berbahasa Indonesia yang menggambarkan keragaman Indonesia. Selanjutnya, untuk lagu kedua setiap paduan suara boleh memilih salah satu lagu daerah dari salah satu provinsi di Indonesia.
Saat itu Bu Mutia sudah membawa sejumlah lagu daerah. Lagu-lagu tersebut adalah ”Es Lilin”, lagu daerah Jawa Barat. ”Bungong Jeumpa” lagu daerah Aceh. Yang lainnya lagu
”Sapu Tangan Bapuncu Ampat” dari Kalimantan. Ada lagi lagu ”O Ina Ni Keke” lagu dari Sulawesi dan ”Apuse” lagi dari Papua.
”Nah, anak-anak, ibu sudah membawa beberapa lagu. Mari kita pilih salah satu lagu
untuk kita nyanyikan nanti,” tawar Bu Mutia kepada murid-muridnya itu, ”Ibu akan meminta kalian membaca syair lagu-lagu ini. Kemudian, kalian tuliskan judul lagu yang kalian pilih di kertas dan serahkan kepada Pak Amir. Nanti ibudan Pak Amir akan menentukan lagu dari pilihan kalian.”
Maka, pemilihan lagu pun berlangsung. Setiap anak memilih lagu yang disukai dan dianggapnya mudah. Mereka menuliskan judul lagu dan menyerahkannya kepada Pak Amir.
Setelah semua memilih, Pak Amir dan Bu Mutia berdiskusi. Ternyata, sebagian besar memilih lagu ”Bungong Jeumpa”. Ketika ditanya, setiap siswa punya jawaban beragam
tentang pilihan lagunya. Salah satu alasan mereka adalah lagu lainnya sudah biasa mereka dengar. Bahkan, ada lagu yang sudah pernah mereka nyanyikan dalam
berbagai acara.
”Dari semua lagu, tinggal lagu ”Bungong Jeumpa” yang belum kita nyanyikan. Walaupun tidak tahu artinya, pastilah lagu ini bagus syairnya,” jawab salah satu teman Rara.
”Iya, Bu. Biar kita bisa menyanyikan lebih banyak lagu daerah,” Rara ikut menjawab.
”Itu juga cerminan dari rasa cinta tanah air. Kita tidak hanya cinta budaya dan adat
istiadat suku bangsa sendiri. Akan tetapi, kita juga harus mempelajari budaya
dan adat istiadat suku bangsa lain di Indonesia. Perbedaan adat istiadat dan budaya
itulah yang memperkaya negara kita. Perbedaan tidak menjadikan bangsa Indonesia
terpecah belah. Justru perbedaan itu akan menjadikan kita semakin bersatu sebagai bangsa Indonesia.”
Maka, jadilahpaduan suara SD Teladan memilih lagu ”Bungong Jeumpa” untuk dinyanyikan dalam festival.
Hari yang ditunggu Rara dan teman-teman pun tiba. Dengan berkostum pakaian daerah Aceh, Rara dan teman-teman tampil dalam festival tersebut. Sungguh sangat indah tempat festival berlangsung. Setiap paduan suara mengenakan kostum dari
berbagai daerah. Lagu-lagu daerah dari berbagai provinsi pun dinyanyikan dengan indah. Ada lagu Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, Bali, NTT dan NTB. Semua peserta menyanyi dengan segala kemampuan mereka. Tidak ada salin mengejek. Tidak ada saling mencela. Mereka dengan gembira mengikuti festival tersebut.
Rara dan teman-temannya semakin bangga. Mereka berhasil meraih peringkat pertama
festival tersebut. Panitia memberikan piala dan uang pembinaan kepada para pemenang.
Mengikuti Festival Lagu Nusantara menjadi pengalaman berharga bagi Rara. Dia semakin menyadari bahwa segala perbedaan yang ada di Indonesia bukan untuk memecah belah. Namun, perbedaan itu semakin mempererat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
***
Batik, Warisan Budaya Indonesia
Hari ini Dahlia dan teman-teman akan berkunjung ke desa wisata batik di Jarum, Bayat, Klaten. Seperti di Surakarta dan Yogyakarta, di Klaten juga ada perajin batik. Mereka
akan melihat proses pembuatan kain batik di sana.
Tepat pukul 8.00 Dahlia dan teman-teman berangkat menuju Desa Jarum. Dengan didampingi Pak Rahmadi, mereka naik bus ke Desa Jarum. Mereka akan menempuh perjalanan, kira-kira 45 menit.
Kira-kira pukul 8.45 rombongan Dahlia tiba di desa wisata batik Jarum.
”Anak-anak, kalian akan melihat proses pembuatan batik tulis. Lihatlah dengan cermat. Kalau ada yang tidak jelas, tanyakanlah,” pesan Pak Rahmadi kepada anak didiknya.
Setelah itu, Dahlia bersama teman-temannya diajak berkeliling oleh pengrajin yang mereka datangi. Satu demi satu mereka melihat proses pembuatan kain batik tulis.
Proses pembuatan kain batik tulis dimulai dengan pemilihan kain. Yang dipilih adalah kain mori, katun, atau sutra sesuai dengan kualitas kain batik yang diinginkan. Setelah pemilihan kain, diteruskan dengan membuat gambar pada kain batik dengan malam atau lilin. Setelah digambar sesuai dengan motif yang dipilih, kemudian dilakukan proses pewarnaan. Pada batik Jarum ini ada dua jenis pewarnaan, menggunakan warna kimia dan warna alami. Selanjutnya, dilakukan proses nglorot atau proses perebusan kain batik dengan air mendidih. Langkah selanjutnya, mencuci kain batik tersebut dengan air dingin, lalu dikeringkan. Proses terakhir adalah direbus lagi agar warnanya awet.
Dahlia dan teman-teman sudah selesai melihat proses pembuatan kain batik. Mereka lalu meninggalkan tempat itu. Mereka senang. Hari itu pengetahuan mereka bertambah.
”Anak-anak, kalian sudah mempelajari salah satu hasil budaya bangsa kita, yaitu batik.
Kalian harus tahu bahwa batik telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya bangsa
Indonesia. Tanggal 2 Oktober menjadi hari bersejarah bagi batik Indonesia, saat UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Maka, tanggal 2
Oktober diperingati sebagai hari Batik Nasional.
Anak-anak, batik Jarum yang kalian lihat proses pembuatannya tadi merupakan salah satu ragam batik di Indonesia. Siapa yang bisa menyebutkan ragam batik lain?” tanya
Pak Rahmadi.
”Batik dari Surakarta dan Yogyakarta, Pak!” jawab Dahlia.
”Batik dari Pekalongan dan Cirebon, Pak!” jawab Rahmat, teman sekelas Dahlia.
”Betul! Keempatdaerah tersebut juga penghasil batik,” jawab Pak Rahmadi.
”Selain keempat daerah itu, masih ada lagi ragam batik Indonesia dari daerah-daerah lain. Batik di setiap daerah punya ciri khas yang membedakan dengan batik dari daerah lain. Contohnya, batik Yogyakarta pada dasarnya merupakan batik dengan dasar putih. Nah, untuk melengkapi laporan kalian tentang batik Jarum, carilah gambar motif batik dari berbagai daerah di Indonesia. Tempelkan pada buku tugas kalian dan berilah keterangan nama motif batik dan daerah asalnya. Jangan lupa, berilah ulasan singkat. Sampaikan pendapatmu tentang batik. Apakah kamu bangga akan batik? Bagaimana caramu mengungkapkan perasaanmu bahwa kamu bangga akan batik?
”Nah, Anak-anak itu adalah tugas yang harus kalian kerjakan. Tiga hari lagi kita bahas
bersama-sama di kelas,” perintah Pak Rahmadi kepada siswasiswinya.
Waktu tiga hari yang diberikan Pak Rahmadi sudah habis. Hari ini tugas itu akan dibahas di kelas. Semua siswa sudah siap dengan hasilnya.
Pak Rahmadi lalu meminta satu demi satu siswa menjelaskan hasil pekerjaannya. Ternyata para siswa sangat antusias dengan tugas mengumpulkan motif batik dari daerah-daerah di Nusantara. Gambar motif batik yang mereka kumpulkan pun beragam. Pak Rahmadi puas dengan hasil pekerjaan siswa-siswinya.
Ternyata bermacam pendapat para siswa tentang batik. Hampir semua mengatakan bangga akan batik. Mereka mengungkapkan kebanggaan mereka akan batik, salah satunya dengan mengenakan batik. Ada juga yang berpendapat ikut melestarikan batik dengan belajar membatik.
”Anak-anak, Bapak sudah menjelaskan bahwa batik merupakan budaya bangsa. Bahkan, batik sudah diakui dunia sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Sama dengan budaya lainnya, batik nusantara pun amat beragam. Keragaman itu menjadi kekayaan kita yang patut kita banggakan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
berbeda-beda tetapi tetap satu juga berlaku untuk hasil budaya kita. Walaupun banyak ragam batik nusantara, semuanya adalah hasil budaya bangsa. Oleh karena itu, keragaman tidak menjadikan perpecahan. Justru keragaman akan membuat kita bersatu. Bersatu sebagai bangsa Indonesia.”
***
Mengenal Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia
Siang ini jam pelajaran terakhir sekolah. Bu Marwah memberi tugas kepada siswa-siswinya.
”Anak-anak, kamu sudah belajar tentang suku bangsa dan budaya. Nah, sebagai tugas, ibu minta kalian mencatat nama suku-suku bangsa di Indonesia. Kemudian, catat pula bahasa daerah, rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, tarian daerah, dan lagu daerahnya. Setiap siswa mencatat lima suku bangsa. Kalian dapat menuliskan dalam tabel seperti yang ibu contohkan.”
Suku |
Bahasa |
Rumah Adat |
Pakaian |
Senjata |
Tarian |
Lagu |
Betawi |
Betawi |
Kabaya |
Baju ujung serong |
Golok |
Tari Yapong |
“Jail-jali” |
Doni dan Taufan adalah dua dari siswa-siswi Bu Marwah. Mereka juga berkewajiban mengerjakan tugas dari Bu Marwah. Kedua anak itu pun berjanji akan mengerjakan tugas bersama-sama.
Maka, sore ini Doni ke rumah Taufan. Mereka akan mengerjakan tugas bersama-sama. Ayah Taufan punya koleksi buku, di antaranya buku-buku tentang budaya Indonesia. Taufan mengajak Doni mencari jawaban dari tugas Bu Marwah di buku-buku perpustakaan ayahnya.
Kedua anak itu pun asyik mencari buku yang sesuai. Setelah mendapatkan buku yang mereka cari, mereka pun membaca buku itu. Doni dan Taufan pun mendapatkan informasi yang dicarinya.
Doni dan Taufan segera menyalin informasi yang didapatkan dalam buku tugas mereka. Doni mencatat lima suku bangsa beserta budayanya. Kelima suku bangsa tersebut adalah suku Banten dari Provinsi Banten, Sunda dari Jawa Barat, suku bangsa Melayu dari Sumatra Utara, suku bangsa Dayak dari Kalimantan Tengah, serta suku bangsa Bugis dari Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara itu, Taufan mencatat suku bangsa dan budaya Minangkabau dari Provinsi Sumatra Barat. Suku bangsa Bali dari Provinsi Bali, suku bangsa Sasak dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, suku bangsa Ambon dari Provinsi Maluku, serta suku bangsa Asmat dari Provinsi Papua Timur.
Hari yang ditentukan Bu Marwah untuk membahas PR tiba. Bu Marwah meminta setiap anak menyebutkan jawaban tugasnya. Setelah itu, Bu Marwah menilai hasil pekerjaan
siswa.
”Anak-anak, ibu senang. Kalian mengerjakan tugas dengan baik. Nah, apa yang kalian dapatkan dari jawaban tugas kalian?” tanya Bu Marwah.
”Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa,” jawab Doni.
”Indonesia kaya akan budaya, Bu,” jawab Rianti.
”Benar, Doni, Rianti. Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia juga kaya akan budaya. Setiap provinsi di Indonesia tidak
hanya memiliki satu suku bangsa. Akan tetapi, lebih dari satu suku bangsa ada di setiap provinsi.”
”Apa yang dimaksud dengan suku bangsa?” tanya Bu Marwah kepada para siswanya. Namun, tidak ada seorang siswa yang bisa menjawab pertanyaan Bu Marwah.
”Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Semua orang dalam satu suku bangsa akan punya kesadaran dan identitas diri terhadap budaya suku bangsanya. Mereka akan menggunakan bahasa daerah dan mencintai kebudayaan serta adat istiadat suku bangsanya. Suku-suku bangsa di Indonesia tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Suku-suku bangsa
tersebut merupakan warisan sejarah bangsa.”
”Bu, bolehkah saya bertanya,” kata Taufan sambil tunjuk jari.
”Apa yang kamu tanyakan, Taufan?” Bu Marwah bertanya kepada Taufan.
”Bagaimana dengan budaya di Indonesia, Bu? Apakah budaya Indonesia juga beragam?”
”Taufan, coba kamu baca lagi pekerjaanmu? Apa yang kamu dapatkan dari jawaban tugasmu itu?”
Sambil membaca jawaban tugasnya, Taufan menjawab, ”Ternyata kebudayaan Indonesia juga beragam, Bu. Saya mencatat lima suku bangsa. Budaya kelima suku bangsa berbeda-beda.”
”Betul, Taufan. Budaya Indonesia pun beragam. Kamu sudah mencatat lima budaya. Kalau pekerjaan teman-teman sekelasmu dikumpulkan, berapa jumlah budaya yang ada?”
Siswa-siswi pun lalu berkasak-kusuk, menghitung keragaman budaya dari jawaban tugas mereka. Melihat itu Bu Marwah lalu berkata kepada siswasiswinya.
”Kalian perlu tahu. Yang dimaksud dengan kebudayaan dalam arti sempit adalah kesenian atau adat istiadat saja. Namun, secara luas budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karya manusia dalam suatu masyarakat dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dengan proses belajar. Selain yang disebutkan di atas, kebudayaan juga meliputi alat-alat, mata pencarian, ilmu pengetahuan, dan teknologi.” terang bu Marwah.
“Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat suatu daerah. Pada umumnya, kebudayaan merupakan budaya asli dan telah lama ada yang diwariskan secara turun-temurun. Kebudayaan daerah kita sekarang ini merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan masa lampau.” Bu Marwah melanjutkan.
”Nah, anak-anak. Tugas kalian sekarang adalah melestarikan budaya bangsa. Banggalah
menjadi anak Indonesia, negara yang kaya budaya. Jangan hanya menghafal, tetapi
tunjukkan bahwa kamu peduli akan kebudayaan bangsa Indonesia. Caranya, kamu
dapat mempelajari salah satu seni budaya, misalnya menari atau menyanyi,” pesan Bu Marwah mengakhiri pelajaran hari ini.
Sumber: http://ictkelompokblog.woedpress.com/materi/keragaman-suku-bangsa-dan-budaya-di-indonesia/
***
Lomba Masak Makanan Nusantara
Hari ini Hotel Asri akan mengadakan lomba masak memasakan Nusantara. Lomba diadakan dalam rangka HUT ke-10 Hotel Asri. Pesertanya adalah keluarga karyawan Hotel Asri. Berhubung ayahku bekerja di hotel tersebut, kami pun ikut serta dalam lomba ini. Ayah, ibu, Kak Anisa, dan aku menjadi peserta. Kami berempat akan berlomba dengan peserta-peserta lainnya.
Pada lomba ini, panitia sudah menyediakan bahan dan peralatannya. Semua peserta akan memasak masakan Nusantara. Panitia sudah menyediakan resep dan bahan. Peserta tinggal meniru resep tersebut untuk dapat menghidangkan masakan yang dimaksud. Tentu saja peserta harus menyajikannya secara menarik.
Saat lomba pun tiba. Kami dan peserta lain sudah bersiap di tempat lomba. Kami mendapat nomor undian 8. Maka, kami pun menuju tempat lomba bernomor 8. Sudah ada resep masakan, bahan masakan, dan beberapa perlengkapan untuk menyajikan masakan.
Sesaat setelah ketua panitia mengumumkan bahwa lomba dimulai, ayahku membuka resep yang tersedia. ”Gulai Ikan Patin” demikian nama masakan yang harus kami masak.
“Hah, gulai ikan patin!” seru Kak Anisa.
Ternyata kami mendapat resep masakan gulai ikan patin. Kata ayah, masakan itu adalah masakan dari Jambi. Tiba-tiba saja kepanikan terjadi di antara aku, Kak Anisa, dan ibu. Kami sama sekali belum pernah mengenal masakan itu.
”Kita tidak perlu panik. Ayo, segera kita kerjakan bersama-sama,” kata ayah menenangkan kami. Maka, kami pun segera bekerja. Ayah dan ibu yang mendapat tugas memasak. Ayah dan ibu menyiapkan ikan patin beserta bumbunya. Cabai merah, lengkuas, serai, kunyit, bawang merah, dan bawang putih ditambah santan adalah bumbu yang mereka siapkan. Kami segera bekerja sesuai pembagian tugas.
Suasana di sekeliling kami ramai dengan celoteh para peserta dan bunyi peralatan masak yang kami gunakan. Peserta di sebelah kanan kami tampak panik. Mereka mendapat resep masakan rujak cingur, makanan khas Jawa Timur, padahal menurut ayah mereka penduduk asli Jakarta. Mereka bersuku bangsa Betawi.
Lain dengan dengan peserta di sebelah kiri kami. Mereka tampak tenang walaupun wajah mereka juga terlihat cemas. Ternyata mereka mendapat resep masakan ayam taliwang, masakan dari Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kata ayah, mereka bukan orang NTB. Mereka berasal dari Minahasa. Berdasarkan informasi yang ayah
dapatkan, resep yang didapat setiap peserta bukan didapat secara spontan. Akan
tetapi, panitia sudah mengatur agar setiap peserta tidak mendapat masakan dari
daerah asalnya. Bagus juga ide panitia.
Waktu berjalan cepat. Waktu yang disediakan panitia sudah hampir habis. Masakan kami sudah selesai. Ibu sudah menempatkan masakannya di piring saji. Aku dan Kak Anisa mulai menghias masakan. Kemudian, kami meletakkan gulai ikan patin, masakan
kami, di meja yang sudah kami hias dengan rumah khas Jambi.
Satu demi satu peserta pun sudah menyelesaikan masakannya. Mereka segera meletakkan di tempat penyajian. Sungguh indah tempat sajian itu. Aku melihat ada miniatur tugu monas. Ada juga beberapa bentuk rumah adat. Bahkan, ada juga hiasan yang menggambarkan potensi alam daerah tertentu. Semua unik. Semua menarik. Tempat menyajikan makanan menjadi seperti Indonesia mini.
Penilaian masakan pun dilaksanakan. Jurinya adalah para juru masak di Hotel Asri dan pimpinan Hotel Asri. Mereka sangat teliti. Setiap masakan dirasakan. Setiap hiasan diteliti. Setelah semua selesai dinilai, para peserta dipersilakan makansiang dengan menu masakan seperti masakan yang dilombakan. Panitia sudah menyediakan sejumlah jenis masakan dalam jumlah cukup.
Karena penasaran, aku mengajak keluargaku memilih makan dengan lauk gulai ikan patin. Ternyata rasanya sangat enak. Ayah dan ibu tersenyum setelah merasakan gulai
ikan patin itu. Kata ayah, rasa masakan ayah dan ibu tidak seperti gulai ikan patin yang mereka makan. Ada kekecewaan terbersit dalam hati mendengar pendapat ayah tentang masakan kami. Namun, ayah menghibur kami. Ayah meminta kami untuk
menjadikan lomba ini sebagai pengalaman yang menyenangkan.
Pengumuman lomba pun tiba. Aku sudah tidak punya harapan untuk menang. Namun, penasaran siapa yang akan menjadi pemenang. Ternyata memang kami tidak menjadi pemenang. Pemenang pertamanya adalah kelompok yang memasak makanan khas Bali, ayam betutu. Pemenang kedua adalah kelompok yang memasak masakan khas Makasar, sop konro. Sementara itu, pemenang ketiganya adalah kelompok yang memasak masakan khas Riau, yaitu otak-otak. Aku pun kecewa karena pengumuman itu.
Tanpa aku duga ternyata juri juga menilai hiasan tempat kami menyajikan makanan. Aku dan kakakku terkejut saat juri menyebut kelompok kami sebagai pemenang I menghias masakan dan tempat penyajian masakan. Kata juri, kami menang karena hiasan rumah adat Jambi yang kami buat sebagai hiasan sungguh-sungguh mirip dengan rumah adat Jambi. Itu semua karena aku dan kakakku senang mengoleksi benda-benda hasil budaya, termasuk rumah adat. Jadi, kami sangat mengenal rumah
adat Jambi.
Itulah pengalaman berharga yang aku dapatkan dari lomba memasak makanan Nusantara. Pelajaran penting dari lomba tersebut adalah keragaman budaya Nusantara bisa mempersatukan kami dalam kebersamaan. Sungguh luar biasa Indonesia, punya
kekayaan budaya yang tidak dipunyai oleh Negara lain. Maka, sudah sepatutnya
kita bangga menjadi bangsa Indonesia yang penuh kemajemukan, tetapi tetap satu.
***