Gurune.net – Kunci Jawaban IPS Kelas 7 SMP Halaman 215-218 Kurikulum Merdeka. Halo sobat gurune, dalam pembahasan artikel kali ini akan disajikan informasi tentang materi Sejarah Lokal, Sultan Nuku: Pembawa Persatuan Multikultur Maluku dan Papua pada halaman 215-218 dan juga kunci jawaban pada Aktivitas 7.
Materi ini bisa kalian temukan di Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 Kurikulum Merdeka Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat halaman 215-218.
Kali ini kita akan membahas tentang Sejarah Lokal, Sultan Nuku: Pembawa Persatuan Multikultur Maluku dan Papua dan kunci jawaban Aktivitas 7 pada halaman 215-218.
Kunci Jawaban IPS Kelas 7 SMP Halaman 215-218 Kurikulum Merdeka
1. Sejarah Lokal
Sejarah yang kalian telah pelajari di tema sebelumnya merupakan sejarah nasional Indonesia. Apakah kalian tahu bahwa terdapat sejarah di tingkat lokal? Apakah kalian tahu sejarah mengenai Sultan Nuku, Ratu Kalinyamat, Laksamana Malahayati dan Syarif Abdurrahman? Bagaimana jasa dari tokoh-tokoh tersebut bagi Bangsa Indonesia? Beliau semua adalah sosok yang hidup di dalam sejarah di tingkat lokal. Mereka semua memperjuangkan tanah airnya dari serangan bangsa asing di mana ketika itu sedang gencar menguasai Nusantara.
a. Sultan Nuku: Pembawa Persatuan Multikultur Maluku dan Papua
Pada tahun 1780 seluruh daerah Maluku dan melibatkan Papua mengalami pergolakan dalam pergantian takhta di Kerajaan Tidore. Tokoh yang mempunyai peran sentral adalah Nuku bersama Kamaluddin, adiknya. Setelah Sultan Gaizira meninggal pada April 1780, Belanda mempunyai gagasan untuk menjadikan Tidore sebagai salah satu wilayah kekuasaannya. Pata Alam kemudian diangkat oleh Belanda sebagai Sultan Tidore. Namun di hati rakyat, Kamaluddin dan Nuku yang paling terkemuka.
Belanda menjadikan Tidore sebagai vasal dan mengangkat Pata Alam sebagai pemimin dengan tugas menjaga keamanan di wilayahnya pada 17 Juli 1870. Namun, sebagian dari wilayahnya tidak mengakui dan memilih Nuku sebagai Sultan. Di tahun yang sama, timbul pergolakan sebagai protes dalam bentuk perampasan dan pembakaran. Berikutnya Belanda melakukan serangan ke daerah yang mengakui Nuku menjadi Sultan. Pangeran Kamaludin ditangkap. Namun, Pangeran Nuku yang memiliki relasi dengan Papua dan Inggris berhasil melarikan diri ke daerah Papua.
Kedudukan Nuku semakin kuat setelah diangkat sebagai sultan oleh bangsa Papua. Nuku mempunyai basis yang kuat dan menyerang Seram untuk merebut daerah tersebut dari Ternate. Pada 1783, Pata Alam melancarkan sebuah strategi dalam rangka memperoleh loyalitas dari raja-raja di Papua, tetapi berujung gagal. Utusan tersebut justru berbalik arah dengan memihak Nuku. Papua dan Nuku bersatu untuk bersama-sama melawan Belanda.
Dengan tambahan kekuatan tersebut, Nuku semakin kuat dan mulai menyerang Ternate dan Tidore. Tidak ada perlawanan sehingga rakyat bersekongkol dengan Nuku. Rakyat Tidore pun dihukum dengan kejam. Peristiwa yang dikenal sebagai Revolusi Tidore tersebut pada tahun 1783. Lalu Belanda mengangkat Pangeran Kamaluddin sebagai pengganti Pata Alam. Sementara itu, Nuku memperkuat dukungan dengan menjalin komunikasi kepada para raja di Tidore, Maba, Weda, dan Patani. Nuku juga berkomunikasi dengan Inggris di Benggala dan mencari bantuan ke Banjarmasin serta Mangindanau. Pengaruh Nuku mendesak Belanda untuk mengakui dirinya sebagai Sultan Seram.
Pasang surut mewarnai perjuangan Nuku, ia harus berpindah- pindah tempat. Namun, Ternate dan Tidore selalu gagal menundukan Nuku. Pengaruh Nuku mulai merosot pada pertengahan 1790 ketika banyak wilayah justru bersumpah setia kepada Belanda dan Ternate.
Tahun 1794 M merupakan tahun keuntungan bagi Nuku karena mendapatkan dukungan dari Inggris. Banyak rakyat Tidore memihaknya. Jamaludin, ayahanda Sultan Nuku, yang kembali dari pengasingan di Sailan turut menggabungkan diri. Angkatan laut Nuku muncul di Tidore pada 12 April 1979 yang terdiri dari 79 kapal angkatan laut Nuku dan sebuah kapal Inggris. Sebagian besar pembesar kerajaan menyerah. Sultan Kamaluddin melarikan diri ke Ternate. Nuku yang menduduki Tidore menggempur berkali-kali Ternate.
Akhirnya, Ternate diserahkan oleh Belanda pada 21 Januari 1781. Nuku pun memperoleh pengakuan resmi dan diangkat sebagai Sultan Tidore setelah melalui perjuangan panjang dan penuh kegigihan. Nuku memerintah sampai 14 November 1805 dan meninggal sebagai Sultan Kerajaan Tidore.
Sultan Nuku dalam pertempurannya selalu menang melawan Belanda. Tekadnya kuat untuk mengusir penjajah yang mengganggu rakyat Maluku dan Papua. Sultan Nuku bersatu dengan para raja di Papua untuk melawan penjajah. Mereka dengan gigih menghimpun kekuatan dan menyerang Belanda. Sukses besar ini merupakan perjuangan tanpa lelah dari Nuku dan para raja di Papua yang tidak mau dijajah Belanda. Pada akhirnya Sultan Nuku dapat mengamankan dan membawa suasana damai dan tenang di wilayah Maluku dan Papua dari penjajahan bangsa asing.
Lembar Aktivitas 7 Aktivitas Individu
Bagaimana relasi persatuan Maluku dan Papua pada masa Sultan Nuku? Hubungkan dengan kondisi hubungan persatuan Papua dan daerah-daerah di Indonesia.
Jawaban:
Diawali ajakan Sultan Nuku untuk melawan kerajaan Tidore dan VOC. Ketidaksukaan Raja – raja dari Papua terhadap VOC karena monopoli dan politik Ekstirpasi dari VOC terhadap Papua.
Penjelasan:
Pada tahun 1667, VOC (Vreenigde Oost Indian Compagnie/Government of East India) berhasil memaksa Sultan Tidore untuk menandatangani Carnation Monopoly Treaty. Perjanjian ini pada dasarnya memberikan VOC satu-satunya hak untuk membeli dan mengangkut anyelir dari Kerajaan Maluku. Sebagai hasil dari perjanjian itu, VOC dapat mendirikan beberapa benteng di Tidore. Ketika benteng-benteng ini dibangun, VOC menjadi lebih kuat dan lebih terbuka terhadap kemungkinan mendominasi kerajaan Marc.
Dari keluarga Sultan Jamaldin, Sultan Tidore, salah seorang putranya, Pangeran Nuku, diberi kesempatan menjadi Sultan. Namun, ketika Sultan Jamaldin ditangkap oleh VOC, Sultan berikutnya adalah Patra Alam, putra Kaisir Geijira, salah satu paman Jamaldin. Nuku sangat kecewa dengan rencana tersebut dan memprotes Gubernur Kornabe, Gubernur Ternate, terkait pengangkatan Patra Alam. Tidak ada reaksi terhadap protesnya, maka Nuku mengambil senjatanya dan melawan VOC.
Nuku kemudian mengirim utusan ke Bobat (kepala desa) di Halmahera dan raja-raja Kepulauan Raja Ampat untuk melawan Patra Alam dan VOC. Undangan Nuku ini disambut baik oleh Raja Salawati. Dia mengirim 45 Kora Kora untuk membantu Nuku.
Dukungan Raja-Raja Kepulauan Papua ini sangat membantu perang Nuku melawan VOC. Terlepas dari invasi Papua ke Tidresultan dan menjadi bagian darinya, Belanda telah menerapkan kebijakan pemberantasan: penebangan dan perusakan pohon cengkeh dan pala, dan monopoli produk ini, yang merugikan. Perang Nuku di Pulau Tidore. Tentu saja kerugian ini berdampak pada wilayah-wilayah yang dikuasainya, tak terkecuali Papua. Belum lagi konflik di lingkungan pemerintahan Tidore akibat campur tangan Belanda dalam pemilihan penguasa Tidore. Tak heran, orang Papua membantu Pangeran Nuku dalam memerangi VOC. Ketidaknyamanan Papua diperparah ketika VOC mengirimkan pasukan Kora Kora mereka ke pulau Papua yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Tidore sehingga menimbulkan masalah.
Demikianlah pembahasan soal yang disajikan tentang Kunci Jawaban IPS Kelas 7 SMP Halaman 215-218 Kurikulum Merdeka Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat tentang Sejarah Lokal, Sultan Nuku: Pembawa Persatuan Multikultur Maluku dan Papua.
Semoga bermanfaat.
Disclaimer:
• Jawaban dan pembahasan pada postingan ini mungkin akan berbeda dengan jawaban dan pembahasan dari sumber lain.
• Jadikan postingan ini sebagai salah satu bahan referensi dalam menjawab soal bukan sebagai acuan utama dan satu-satunya.
• Postingan ini tidak mutlak kebenarannya.