Masohi, Selalu Ingin Kembali!

Oleh: Uti Darmawati

Liburan kenaikan kelas Buyung berlibur di rumah Paman Abua. Paman Abua tinggal di Masohi, Maluku Tengah. Masohi adalah kota kecil di Kepulauan Seram. Penduduk asli di Kota Masohi adalah suku bangsa Alifuru. Akan tetapi, banyak pendatang yang tinggal di Kota Masohi, seperti Bibi Siti, istri Paman Abua.

Paman Abua memiliki seorang anak laki-laki yang bernama

Pelupessy. Pelupessy seumuran dengan Buyung. Inilah yang membuat Buyung betah tinggal di rumahnya. Buyung memiliki teman sepantaran yang diajak bermain. Selain itu, setiap pagi Buyung diajak Pelupessy ke pantai. Letak pantai hanya beberapa kilometer dari rumah paman. Biasanya, mereka naik sepeda menuju pantai sambil menghirup udara

segar. Buyung senang karena setiap hari dapat menikmati keindahan alam bersama Pelupessy.

“Udara pagi ini sangat segar, Yung?” kata Pelupessy.

“Emmmm…, segar sekali, Pelu,” teriak Buyung sambil mengayuh sepedanya di pinggir pantai.

“Ayo, kita ke ujung sana, Pelu!” kata Buyung kepada Pelupessy. Pelupessy segera menyusul Buyung. Mereka berdua berlomba mengayuh sepeda. Sampai di ujung pantai tiba-tiba Buyung menghentikan sepedanya. Saat itu terjadi gesekan antara karet rem sepeda dengan pelek sepeda.

“Pelu, lihat apa yang dibawa orang itu!” kata Buyung kepada

Pelupessy. Pelupessy pun segera memperhatikan orang yang ditunjuk Buyung.

“Terumbu karang!” kata Pelupessy dengan terkejut.

“Mengapa ia mengambil terumbu karang itu, Pelu? Bukankah

perbuatannya mengancam habitat laut?” tanya Buyung.

“Iya. Perbuatannya sangat mengancam kelestarian alam bawah laut. Orang itu hanya mementingkan kesenangannya sendiri,” kata Pelu kepada Buyung dengan wajah sedih.

Baca Juga :  Laporan Keragaman Mata Pencaharian

“Sudah jangan sedih. Lebih baik, kita sekarang pulang. Bibi Siti nanti bingung mencari kita,” ajak Buyung.

Pelupessy dan Buyung kembali mengayuh sepeda. Sepanjang

perjalanan pulang, Buyung memperhatikan lingkungan alam di Masohi. Daerah Masohi merupakan daerah pantai yang landai. Daerah ini merupakan lahan bagi masyarakat untuk mencari ikan.

Menurut pengamatan Buyung, sebagian besar penduduk di Masohi bekerja sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan di sekitar Kepulauan Seram. Namun, ada juga masyarakat yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor, dan mengangkut ikan dari perahu atau

kapal motor. Tentu, mereka tidak dapat dikategorikan sebagai nelayan. Selain menangkap ikan, masyarakat Masohi juga melakukan budi daya

mutiara dan rumput laut. Jika musim panen tiba, mereka menyelam untuk mengambil mutiara dan rumput laut.

Seperti halnya dengan penduduk Masohi lainnya, Paman Abua bekerja di laut. Paman seorang pelaut ulung. Paman Abau menggunakan alat rompong (Fish Aggregation Device) sebagai sarana pengumpul ikan. Ikan yang sudah berkumpul di rompong, lalu ditangkap dengan jaring jenis purse sein.

Selain mencari ikan, Paman Abua memiliki usaha

budi daya rumput laut. Bibi Siti membantu usaha Paman Abua untuk merawat rumput laut. Usaha yang ditekuni Paman Abua mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

Sesampai di rumah, Buyung melihat Bibi Siti memilah rumput laut.

Bibi memisahkan rumput laut yang kurang bagus dan meletakkan dalam karung bekas.

“Buyung, capai tidak?” tanya Bibi Siti sambil tersenyum.

“Tidak, Bi. Buyung tidak capai. Baru saja Buyung naik sepeda bersama Pelupessy ke tepi pantai,” jawab Buyung.

“Ayo, bantu bibi menjemur rumput laut ini,” kata Bibi Siti sambil memilih rumput laut yang rusak.

“Iya, Bi. Ayo, Pelu kita jemur rumput laut ini bersama-sama,” kata Buyung kepada Pelu yang sedang memasukkan sepeda.

Baca Juga :  Apakah Pantun Kanak-Kanak, Pantun Muda dan Pantun Tua ?

“Siap!” teriak Pelupessy.

Keduanya kemudian mengangkat rumput laut sedikit demi sedikit dan meletakkannya di atas para-para. Saat Buyung dan Pelupessy mengangkat rumput laut, mereka menggunakan kekuatan otot tangan. Rumput laut perlu dijemur agar kering. Setelah kering, rumput laut itu baru laku untuk dijual.

“Pelu, udara di daerah ini panas, ya?” kata Buyung.

“Iya, Buyung. Kan kamu sudah tahu jika di daerah pantai suhu udaranya panas. Masyarakat di daerah ini biasanya mengenakan pakaian terbuka, seperti kaus dan celana pendek. Suhu udara di daerah ini berbeda dengan suhu udara di dataran tinggi. Biasanya masyarakat di dataran tinggi berpakaian tertutup karena karena suhu udara di pegunungan dingin,” Pelupessy memberi penjelasan kepada Buyung.

“Iya, iya, saya paham penjelasan Profesor Pelupessy!” jawab Buyung sambil tertawa. Pelupessy melempar beberapa ranting rumput laut ke arah Buyung. Secepat kilat Buyung menghindar serangan Pelupessy.

“Sudah, sudah. Ayo, selesaikan dahulu pekerjaan ini! Setelah itu, kalian membersihkan diri dan sarapan, ” kata Bibi Siti.

“Iya, Bi,” kata Buyung. Sarapan sudah tersaji di ruang tengah. Buyung, Pelupessy, dan Bibi Siti bersiap makan. Saat itu, tampak Paman Abua pulang. Setelah membersihkan diri, Paman Abua bergabung bersama untuk sarapan. Setelah makan bersama, kami duduk di depan rumah sambil menunggu jemuran rumput laut. Paman Abua bercerita kepada kami tentang kegiatannya melaut semalam. Kami mendengarkan cerita paman.

Sesekali Buyung, Pelupessy, atau Bibi menanggapi cerita paman Abua. Buyung sangat bangga dengan kegigihan dan keberanian Paman Abua saat melaut. Buyung sangat senang dengan kesederhanaan keluarga Paman Abua. Wajar, jika liburan tiba Buyung ingin selalu kembali ke Masohi, kota kecil di Kepulauan Seram.

Jawablah pertanyaan berikut!

1. Siapa tokoh dalam cerita tersebut?

Jawab: Tokoh dalam cerita tersebut adalah Masohi, Paman Abua, Bibi Siti, Pelupessy (sepupu Masohu).

Baca Juga :  RPP Bahasa Jawa Kelas 1 SD/MI Kurikulum 2013 Revisi Terbaru - Mulok Jawa Tengah

2. Bagaimana sifat tokoh-tokoh dalam cerita tersebut?

Jawab: Sifat tokoh-tokoh dalam cerita tersebut adalah:

1. Buyung: ingin tahu dan rajin.

2. Pelupessy: rajin dan peduli lingkungan.

3. Paman Abua: gigih dan berani.

4. Bibi Siti: ramah.

3. Mengapa Paman Abua bekerja sebagai nelayan?

Jawab: Paman Abua bekerja sebagai nelayan karena tinggal di daerah pesisir pantai. Paman Abua memanfaatkan kekayaan alam di daerah tempat tinggalnyadengan cara menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhanhidupnya.

4. Bagaimana cara Paman Abua menangkap ikan?

Jawab: Cara Paman Abua menangkap ikan dengan menggunakan alat rompong (Fish Aggregation Device) untuk mengumpulkan ikan terlebih dahulu. Kemudian, ikan yang berkumpulan di rompang ditanggap dengan jaring jenis purse sein.

5. Apa jenis pekerjaan masyarakat di pesisir pantai selain sebagai nelayan?

Jawab: Selain sebagai nelayan,  masyarakat di pesisir pantai bekerja sebagai pembuat jaring, membudidayakan rumput laut dan mutiara, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor, dan mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.