Membangun Karakter Generasi Milenial Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0

Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0 Indonesia saat ini merupakan
sistem yang mengintegrasikan dunia online dengan produksi industri, maupun
bidang lainnya yang mulai menggunakan teknologi digital dan otomatisasi. Perubahan yang begitu cepat, selain berdampak pada pergeseran nilai, juga
berdampak pada paradigma pendidikan sebuah bangsa. Salah satunya adalah
pergeseran dari paradigma pendidikan ke arah paradigma pengajaran terutama
anak didik kita, dalam sikap, mental dan karakter seiring dengan perubahan
semakin hari semakin mengkhawatirkan dan tidak menutup kemungkinan
terjadinya degradasi moralitas, etika dan budi pekerti generasi milenial akan
membawa dampak terhadap karakter bangsa dan masyarakatnya, serta
memunculkan pergeseran nilai, nilai lama semakin meredup, yang digeser dengan
nilai-nilai baru yang belum tentu pas dengan nilai-nilai kehidupan di masyarakat. 

Adanya anak-anak yang mulai sibuk dengan urusan mereka sendiri/dunia
mereka sendiri dan mengabaikan peran mereka sebagai seorang anak sehingga
tak heran saya melihat meskipun sedang duduk dengan orang tua mereka tetap
memagang gajed/HP ataupun android yang mereka miliki. Setiap hari ada
kemungkinan 5 – 8 jam dihabiskan waktunya untuk mengutak-atik ponsel
pintarnya yaitu bermain game, media sosial, kamera, atau chating-an. Dalam
realita zaman now, dalam praktik pendidikan kita sampai saat ini banyak sekali
perilaku menyimpang siswa adanya seorang anak yang berani melawan orang
tuanya dengan berkata yang tidak sesuai dengan aturan kesopanan , tawuran antar
pelajar, narkotika, seks bebas, mencuri, aborsi, berbohong, sering terlambat
kesekolah, membolos tidak menyontek, dan sebagainya. 

Hal ini menunjukkan
pendidikan karakter (masih) belum maksimal. Atas hal tersebut, sampai saat ini
pendidikan dianggap belum berkarakter dan belum mampu melahirkan warga
negara yang berkualitas, baik prestasi belajar maupun berperilaku baik.

Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kita sebagai seorang pendidik untuk
mengembalikan jadi diri seorang anak didik sesuai dengan prinsip-prinsip
Penguatan Pendidikan Karakter di abad 21 dimana pendidikan karakter ini tidak bisa kita peroleh dengan belajar brosing lewat Gadget , HP smartphone , Android
atau Iphone.

Tantangan di Era Revolusi Industri 4.0

Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0? Secara singkat
pengertian industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan
teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ada tiga pondasi dasar dari
revolusi industri 4.0 ini,
yaitu konektivitas Internet yang terhubung secara
permanen atau Internet of things (IoT), data skala besar (big data) dan teknik
penyimpanan data di awan (cloud computing)
. Internet of things telah
memungkinkan terjadinya integrasi sistematis dari fase awal pengumpulan data,
pengolahan, analisis, hingga fase pemanfaatan data yang mampu memberi nilai
bagi pengguna secara maksimal dalam waktu singkat.

Baca Juga :  Festival Mane’e, Tradisi Nelayan di Pantai Malo : Materi dan Kunci Jawaban

Era revolusi industri 4.0; istilah itu adalah inovasi disitruptif (disruptive
innovation) yang diperkenalkan awalnya dari seorang profesor di bidang Bisnis
bernama Clayton M. Christensen dalam bukunya berjudul The Inovator Dillema
yang diterbitkan pada tahun 1997. Inovasi distruptif dalam konteks teknologi
sifatnya selalu menciptakan pasar baru, menganggu atau merusak pasar yang
sudah ada, atau melakukan reposisi produk yang sudah ada sebelumnya.

Mengutip dari Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum
2018, pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara
mendidik dan belajar-mengajar, 30 tahun mendatang kita akan mengalami
kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan
pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan yang saat ini
terimplementasi, akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu
berkompetisi dengan mesin. Cara pandang tentang pendidikan juga harus dirubah,
guru tidak hanya sekadar bagaimana cara mengajar ataupun mentransfer ilmu
tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep
pendidikan itu sendiri.Dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran
harus diubah agar kelak anak-anak muda Indonesia mampu mengungguli
kecerdasan mesin sekaligus mampu bersikap bijak dalam menggunakan mesin
untuk kemaslahatan.

Siapkah guru di Indonesia menghadapi era revolusi industri 4.0 ketika guru
masih disibukkan oleh beban penyampaian muatan pengetahuan, berbagai tugas
administratif dituntut untuk membentuk generasi milinial yang berkarakter?

Membangun Generasi Milenial dengan Penguatan Pendidikan Karakter

Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter? Menurut T. Ramli,
pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi
dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu
membentuk pribadi peserta didik yang baik. Pendidikan karakter (character
education) seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak, dan
dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat , serta memanfaatkan berbagai media belajar yang erat hubungannya dengan
pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih
kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup
yang lebih baik.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Biologi SMA Kelas XII tentang Respirasi Aerob dan Anaerob

Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter
seorang peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang
bersumber dari Agama, Pancasila, dan Budaya antara lain jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air dan cinta damai , menghargai prestasi, sikap
bersahabat, gemar membaca, perduli terhadap lingkungan dan sosial, tanggungjawab dan religius. 

Adapun kristalisasi nilai pendidikan karakter memuat nilai Nasionalis,
Mandiri, Gotong royong dan Integritas. Proses pembelajaran pendidikan karakter
berlangsung dalam 3 Konsep dasar yaitu, 1) Struktur Program ,melalui jenjang
dan kelas, Ekosistem lingkungan sekolah harus mendukung, penguatan kapasitas
Guru, 2) Struktur Kurikulum di sekolah a.l melalui kegiatan Intra Kurikuler dan
Ko kurikuler yang terintegrasi ke dalam masing-masing mata pelajaran, 3)
Struktur Kegiatan , kegiatan pembentukan karakter dilingkungan sekolah
berdasrkan 4 pengolahan olah hati ( etika ), Olah Rasa ( Estetika ), Olah Pikir (
Lierasi ) dan Olah raga ( Kinestetika ). Adapun ruang Lingkup Pendidikan
Karakter dapat diterapkan dalam Penguatan Pendidkan karakter dengan 3 basis
yaitu :

a) Pendidikan berbasis kelas dengan mengoptimalisasi muatan Lokal sesuai
dengan budaya lokal masing-masing sekolah, Integrasi dalam mata pelajaran
dan memonitor manajemen kelas dengan baik,

b) Pendidikan karakter berbasis kelas dengan pembiasaan nilai-nilai dalam
keseharian di sekolah, contoh setiap awal Pelajaran membiasakan budaya membaca buku 15 menit ( budaya Literasi ), menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia raya di setiap pagi serta menyanyikan lagu nasional diakhir
pembelajaran. Keteladanan pendidik , contoh bapak dan ibu guru yang hadir di
dalam kelas tepat waktu, agar dapat menjadi tauladan anak didiknya.
Ekosistem Lingkungan sekolah, sarana dan prasarana sekolah yang mendukung
suasana siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter ( suasana yang
tentram, asri, aman dan nyaman). Norma , peraturan dan tradisi sekolah yang
mendukung pengembangan karakter a.l memberi sanksi kepada siswa yang
melakukan pelanggaran, maka orangtua harus dipanggil ke sekolah, agar
terbentuk karakter disiplin dan taat pada aturan.

Baca Juga :  Tari Kipas Pakarena

c) Pendidikan Karakter berbasis Komunitas a.l menjalin komunikasi antara
sekolah dan orangtua peserta didik ataupun kerjasama dengan Komite sekolah.
Mengadakan kegiatan disaat tertentu misal peringatan Hari Besar nasional
dengan mendatangkan beberapa narasumber, Pakar pendidikan ataupun
penggiat pendidikan , mengadakan pagelaran ataupun lomba baik dalam
bidang seni ataupun sastra serta bekerjasama dengan parat yang terkait,
Babinkamtibmas , Kapolsek, Kelurahan , Kecamatan Pemda Tk II ataupun
Pemda Tk I yang terkait. 

Oleh karena itu kemajuan suatu bangsa juga akan tergantung bagaimana
karakter orang-orangnya, kemampuan intelegensinya, keunggulan berpikir
warganya, sinergi para pemimpinnya, dan lain sebagainya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah penting dalam membangun
moral dan kepribadian bangsa. Pendidikan karakter seyogyanya ditempatkan
sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu
mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, berbudi
pekerti luhur dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Atas dasar itu,
pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal mana yang baik untuk dilakuka peserta didik agar menjadi paham
(kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai
yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).

DAFTAR PUSTAKA 

1.http://alihfungsi.gtk.kemdikbud.go.id/assets/konsep_karakter.pdf 

2. https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pendidikan-karakter.html 

3.https://www.timesindonesia.co.id/read/213295/20190509/101506/pendidikan- karakter-zaman-now/ 

4.https://www.kompasiana.com/andisetiawan96/5a39b338dd0fa8517e6da102/pera
n-penting-pendidikan-karakter-bagi-kids-zaman-now?page=all 

5.https://siar.com/era-revolusi-industri-4-0-harus-diikuti-penguatan-pendidikan- karakter// 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.