Hakikat Bahasa Indonesia

Pengertian Bahasa  Kata bahasa tidaklah asing bagi kita. Setiap hari kita menggunakan bahasa. Dalam aktivitas untuk berkomunikasi digunakan bahasa, tidak ada peradaban tanpa bahasa tulis. Pernyataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Namun, apakah setiap alat komunikasi dapat disebut bahasa? Apakah penanda khusus bahasa manusia sebagai alat komunikasi yang membedakan dengan alat komunikasi yang lain? Perhatikan ilustarsi kasus berikut ini.     Pada suatu hari dalam perjalanan menumpangi mobil angkot. Dua penumpang yang masih muda belia tertawa, tetapi tidak terdengar mereka melakukan interaksi secara verbal. Karena penasaran, saya mencoba memperhatikan apa yang mereka lakukan. Ternyata mereka adalah siswa-siswa tuna rungu sedang asyik berkomunikasi, akan tetapi komunikasi yang dilakukan tidak menggunakan bahasa. Mereka menggunakan jari-jari tangan untuk berkomunikasi. Dengan demikian mereka menggunakan bahasa isyarat. Kasus lain, ketika mengikuti kegiatan perkemahan pramuka. Hanya bunyi sempruitan dan sandi morse serta menggerakkan bendera, mereka sudah berkumpul di lapangan.     Ilustasi yang digambarkan di atas membuktikan bahwa ternyata alat komunikasi sangat beragam. Ada yang menggunakan benda-benda, tanda, atau bunyi-bunyian. Bahasa, berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah juga alat komunikasi. Secara umum, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merujuk pada bahasa tertentu misalnya     bahasa Indonesia atau bahasa yang lain. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Akan tetapi menggunakan alat-alat/tanda misalnya dengan gerakan jari tangan, ekspresi wajah, menggunakan benda-benda tertentu.  Perlu pula diperhatikan bahwa tidak semua ujaran atau bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia dapat dikatakan bahasa, karena ujaran dapat dikatakan sebagai bahasa apabila mengandung makna. Perhatikan kata [kelinci], [hotel], [sakit], adalah contoh kata yang mempunyai makna dan dapat disebut bahasa. Lain halnya [dskhj], [ahjgt], merupakan contoh bunyi yang tidak bermakna atau bukan bahasa.     Secara konvensional disepakati bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung suatu makna tertentu, secara bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa. Perbendaharaan kata tersebut dapat berfungsi apabila suatu arus ujaran mengadakan inter-relasi antar anggota-anggota masyarakat. Penyusunan kata mengikuti kaidah tertentu yang bila diucapkan dapat mengikuti gelombang ujaran.     Sifat-sifat Bahasa  Sebagai alat komunikasi, bahasa mengandung beberapa sifat, yaitu: (a) Sistematik, (b) Mana suka, (c) Ujaran, (d) Manusiawi, dan (e) Komunikatif.  Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur oleh dua sistem yaitu sistem bunyi dan sistem makna.     Bahasa disebut mana suka sebagaimana Santoso (Paisal, 2009) bahwa bahasa disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Contoh, kata buku, pinsil, baju, sepatu, dsb. Kata-kata tersebut tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Bukan pula atas dasar kriteria dan standar tertentu, akan tetapi unsur-unsur bahasa dipilih secara mana suka. Demikian pula bahasa disebut ujaran karena bentuk dasar bahasa adalah ujaran dan media bahasa adalah bunyi. Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa dapat berfungsi selama manusia memanfaatkannya. Dan bahasa disebut bersifat komunikatif karena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antara anggota-anggota masyarakat.     2. Pemerolehan Bahasa Anak  Terdapat dua keterampilan yang dilibatkan dalam pemerolehan bahasa anak, yaitu kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan dkk, 1998). Dengan demikian, proses pemerolehan bahasa adalah merupakan proses bawah sadar. Penguasaan bahasa tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh pengajaran yang secara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di dalam bahasa kedua. Berbeda dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan secara sengaja atau secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa.     Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk (1998) adalah: (a) Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan di luar sekolah; (b) pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus (dilakukan tanpa sadar atau secara spontan; (c) Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.     Waktu Pemerolehan Bahasa Dimulai  Sejak Kapankah sebenarnya anak mulai berbahasa? Karena berbahasa mencakup komprehensif maupun produksi. Oleh karena itu maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin. Kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu '`masuk" ke janin. Kata-kata ibunya ini rupanya "tertanam" pada janin anak. Itulah salah satu sebabnya mengapa di mana pun anak selalu lebih dekat pada ibunya daripada ayahnya. Seorang anak yang menangis akan berhenti menangisnya bila digendong oleh ibunya.     Sebuah ilustari dapat pula kita amati seorang bayi yang mulai berinteraksi dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak beraturan ketika diperlihatkan sebuah mainan dan diajak berbicara. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial dengannya. Bayi mengangkat-angkat badannya seolah-olah memberi tanda     untuk minta digendong. Ketika itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi dan merasakan bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa.     Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal dapat disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Ketika pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa, kini telah memperoleh satu bahasa.     Bahasa Siswa Sekolah Dasar (SD)     Kemampuan berbahasa anak berkembang bersama-sama pertambahan usianya. Ketika baru lahir seorang bayi tidak berdaya. la hanya dapat meronta dan menangis jika basah, lapar atau sakit. Pada usia tiga minggu ia dapat tersenyum dan mulai bereaksi terhadap rangsangan. Pada usia dua atau tiga bulan ia mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal. Kira-kira pada usia enam bulan ia mulai pandai mengucapkan suku-suku kata dan tak lama kemudian meraban. Menjelang usia satu tahun, biasanya ia sudah memahami beberapa nama benda dan dapat mengucapkan kata-kata seperti papa, mama, baba dan sebagainya. Setelah berumur satu tahun, ia pandai membuat kalimat satu kata.     Pada usia menjelang dua tahun ia sudah dapat membuat kalimat dua kata. Perkembangan selanjutnya berlangsung cepat. Perbendaharaan katanya bertambah dengan pesat, demikian pula kemampuannya dalam membuat kalimat yang lebih panjang. la sering kali mencoba menggunakan kata-kata baru, meniru orang dewasa. Pada usia prasekolah ia boleh dikatakan telah menguasai bahasa ibunya seperti orang dewasa di sekitarnya.     Waktu antara masa bayi dan masa prasekolah merupakan waktu yang paling penting dalam perkembangan seseorang. Itulah masa yang paling baik untuk belajar bahasa yang disebut usia keemasan untuk belajar berbahasa. Karena itu, para orang tua hendaknya membantu perkembangan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jika kesempatan itu terlewat dengan sia-sia, maka hilanglah peluang anak untuk menguasai bahasanya dengan baik.
Hakikat Bahasa Indonesia – gurune.net

Pengertian
Bahasa

Kata
bahasa tidaklah asing bagi kita. Setiap hari kita menggunakan bahasa. Dalam
aktivitas untuk berkomunikasi digunakan bahasa, tidak ada peradaban tanpa
bahasa tulis. Pernyataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa
bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Namun, apakah setiap alat komunikasi
dapat disebut bahasa? Apakah penanda khusus bahasa manusia sebagai alat
komunikasi yang membedakan dengan alat komunikasi yang lain? Perhatikan
ilustarsi kasus berikut ini.

Pada
suatu hari dalam perjalanan menumpangi mobil angkot. Dua penumpang yang masih
muda belia tertawa, tetapi tidak terdengar mereka melakukan interaksi secara
verbal. Karena penasaran, saya mencoba memperhatikan apa yang mereka lakukan.
Ternyata mereka adalah siswa-siswa tuna rungu sedang asyik berkomunikasi, akan
tetapi komunikasi yang dilakukan tidak menggunakan bahasa. Mereka menggunakan
jari-jari tangan untuk berkomunikasi. Dengan demikian mereka menggunakan bahasa
isyarat. Kasus lain, ketika mengikuti kegiatan perkemahan pramuka. Hanya bunyi
sempruitan dan sandi morse serta menggerakkan bendera, mereka sudah berkumpul
di lapangan.

Ilustasi
yang digambarkan di atas membuktikan bahwa ternyata alat komunikasi sangat
beragam. Ada yang menggunakan benda-benda, tanda, atau bunyi-bunyian. Bahasa,
berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah juga alat
komunikasi. Secara umum, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merujuk pada
bahasa tertentu misalnya

bahasa
Indonesia atau bahasa yang lain. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang tidak menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Akan tetapi menggunakan alat-alat/tanda misalnya dengan gerakan
jari tangan, ekspresi wajah, menggunakan benda-benda tertentu.

Perlu
pula diperhatikan bahwa tidak semua ujaran atau bunyi bahasa yang dihasilkan
alat ucap manusia dapat dikatakan bahasa, karena ujaran dapat dikatakan sebagai
bahasa apabila mengandung makna. Perhatikan kata [kelinci], [hotel], [sakit],
adalah contoh kata yang mempunyai makna dan dapat disebut bahasa. Lain halnya
[dskhj], [ahjgt], merupakan contoh bunyi yang tidak bermakna atau bukan bahasa.

Baca Juga :  Contoh poster yang menjelaskan segala informasi yang berhubungan dengan badak jawa

Secara
konvensional disepakati bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan
mempunyai arti tertentu pula. Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung
suatu makna tertentu, secara bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari
suatu masyarakat bahasa. Perbendaharaan kata tersebut dapat berfungsi apabila
suatu arus ujaran mengadakan inter-relasi antar anggota-anggota masyarakat.
Penyusunan kata mengikuti kaidah tertentu yang bila diucapkan dapat mengikuti
gelombang ujaran.

Sifat-sifat
Bahasa

Sebagai
alat komunikasi, bahasa mengandung beberapa sifat, yaitu: (a) Sistematik, (b)
Mana suka, (c) Ujaran, (d) Manusiawi, dan (e) Komunikatif.

Bahasa
dikatakan bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus
ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur oleh dua sistem
yaitu sistem bunyi dan sistem makna.

Bahasa
disebut mana suka sebagaimana Santoso (Paisal, 2009) bahwa bahasa disebut mana
suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Contoh, kata
buku, pinsil, baju, sepatu, dsb. Kata-kata tersebut tidak ada hubungan logis
antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Bukan pula atas dasar kriteria dan
standar tertentu, akan tetapi unsur-unsur bahasa dipilih secara mana suka.
Demikian pula bahasa disebut ujaran karena bentuk dasar bahasa adalah ujaran
dan media bahasa adalah bunyi. Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa
dapat berfungsi selama manusia memanfaatkannya. Dan bahasa disebut bersifat
komunikatif karena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat
penghubung antara anggota-anggota masyarakat.

2.
Pemerolehan Bahasa Anak

Terdapat
dua keterampilan yang dilibatkan dalam pemerolehan bahasa anak, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang
lain. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah
proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun
pengungkapan secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan
dkk, 1998
). Dengan demikian, proses pemerolehan bahasa adalah merupakan
proses bawah sadar. Penguasaan bahasa tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh
pengajaran yang secara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di dalam bahasa
kedua. Berbeda dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan secara
sengaja atau secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Uji Kompetensi Halaman 213 Mulai Pemrograman

Adapun
karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk (1998) adalah: (a)
Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan
di luar sekolah; (b) pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di
lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus (dilakukan tanpa sadar
atau secara spontan; (c) Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks
berbahasa yang bermakna bagi anak.

Waktu
Pemerolehan Bahasa Dimulai

Sejak
Kapankah sebenarnya anak mulai berbahasa? Karena berbahasa mencakup
komprehensif maupun produksi. Oleh karena itu maka sebenarnya anak sudah mulai
berbahasa sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah
terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin. Kata-kata dari ibunya tiap
hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu ‘`masuk” ke janin.
Kata-kata ibunya ini rupanya “tertanam” pada janin anak. Itulah salah
satu sebabnya mengapa di mana pun anak selalu lebih dekat pada ibunya daripada
ayahnya. Seorang anak yang menangis akan berhenti menangisnya bila digendong
oleh ibunya.

Sebuah
ilustari dapat pula kita amati seorang bayi yang mulai berinteraksi dengan
mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak beraturan ketika diperlihatkan sebuah
mainan dan diajak berbicara. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada
bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial dengannya. Bayi mengangkat-angkat
badannya seolah-olah memberi tanda

untuk
minta digendong. Ketika itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi dan
merasakan bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa.

Proses
anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal dapat disebut
dengan pemerolehan bahasa anak. Ketika pemerolehan bahasa pertama terjadi bila
anak yang sejak semula tanpa bahasa, kini telah memperoleh satu bahasa.

Bahasa
Siswa Sekolah Dasar (SD)

Kemampuan
berbahasa anak berkembang bersama-sama pertambahan usianya. Ketika baru lahir
seorang bayi tidak berdaya. la hanya dapat meronta dan menangis jika basah,
lapar atau sakit. Pada usia tiga minggu ia dapat tersenyum dan mulai bereaksi
terhadap rangsangan. Pada usia dua atau tiga bulan ia mulai mengeluarkan
bunyi-bunyi vokal. Kira-kira pada usia enam bulan ia mulai pandai mengucapkan
suku-suku kata dan tak lama kemudian meraban. Menjelang usia satu tahun,
biasanya ia sudah memahami beberapa nama benda dan dapat mengucapkan kata-kata
seperti papa, mama, baba dan sebagainya. Setelah berumur satu tahun, ia pandai
membuat kalimat satu kata.

Baca Juga :  Peran serta PGRI dalam membangun pendidikan di Indonesia

Pada usia
menjelang dua tahun ia sudah dapat membuat kalimat dua kata. Perkembangan
selanjutnya berlangsung cepat. Perbendaharaan katanya bertambah dengan pesat,
demikian pula kemampuannya dalam membuat kalimat yang lebih panjang. la sering
kali mencoba menggunakan kata-kata baru, meniru orang dewasa. Pada usia
prasekolah ia boleh dikatakan telah menguasai bahasa ibunya seperti orang
dewasa di sekitarnya.

Waktu
antara masa bayi dan masa prasekolah merupakan waktu yang paling penting dalam
perkembangan seseorang. Itulah masa yang paling baik untuk belajar bahasa yang
disebut usia keemasan untuk belajar berbahasa. Karena itu, para orang tua
hendaknya membantu perkembangan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jika kesempatan
itu terlewat dengan sia-sia, maka hilanglah peluang anak untuk menguasai
bahasanya dengan baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.