Cerpen Anak: Bayu si Penjual Cilok

gurune.netCerpen Anak: Bayu si Penjual Cilok. Berikut gurune akan tamplkan contoh cerpen anak dengan judul ” bayu si Penjual Cilok. Cerpen ini merupakan HAK Cipta Asli Milik gurune.net.

“Bayu, cepat pulang! Ibumu mencari,” teriak Ardi.

Bayu yang sedang berkeliling menjajakan cilok pun segera putar arah dan pulang.

“Ibuku kenapa, Ardi?”, tanya Bayu.

“Sudah, cepat pulang!” , sahut Ardi sambil terburu-buru.

“Baik, aku segera pulang.” , jawab Bayu dengan perasaan cemas.

Bayu pun mempercepat laju sepedanya. Sementara Ardi terus mengikuti di belakangnya.

Sesampainya di rumah, Bayu melihat ibunya yang terbaring lemas.

“Bu …. Ibu kenapa? Bangun, Bu!”, Bayu merasa sangat cemas.

“Bayu … kamu sudah pulang,” ucap ibu terbata.

“Iya, Bu. Bayu sudah pulang, Alhamdulillah jualan ciloknya hari ini laris, Bu. Bayu bisa bawa Ibu berobat.”

Dengan perasaan cemas bayu terus mengajak ibunya untuk berobat, akan tetapi ibunya menolak.

“Tidak usah, Bayu. Ibu mau kamu berjanji sama ibu, jaga Mila dan kamu harus tetap sekolah agar bisa menjadi dokter seperti apa yang kamu cita-citakan selama ini.”

“Iya, Bu. Bayu janji, Ibu kuat ya! Kita ke dokter sekarang, Bu.” Ajak Bayu.

“Tidak, Bayu. Uangnya kamu tabung saja untuk biaya sekolah kamu dan Mila!”

Ibu bayu terus menolak ajakan bayu untuk berobat.

“Tidak, Bu. Ibu harus berobat, Ibu harus sembuh.”

“Bayu, sekali lagi berjanjilah pada ibu. Jika kelak kamu sukses, jangan pernah sombong dan harus memanusiakan manusia.”

“Bayu janji, Bu. Tapi Ibu juga harus berjanji untuk sehat demi Bayu dan Mila. Jangan pernah meninggalkan salat lima waktu!” Tangis Bayu pecah.

Mila yang masih balita itu hanya diam memperhatikan ibu dan kakaknya. Bayu terus memeluk tubuh ibu dengan erat, sesekali dengan kasar dia mengusap air mata dengan ujung bajunya. Ibu mengembuskan napas terakhir dengan membaca dua kalimat syahadat.

Baca Juga :  Cerpen , Cita-Cita Rahasia Lalan Belalang

“Ibu … bangun, Bu! Jangan tinggalkan Bayu, Bu!” ucap Bayu mengguncang tubuh ibunya. Tangisnya pecah.

“Bayu, ibumu sudah tidak ada. Biarkan ibumu pulang ke surga bersama bapakmu, Nak.” Bulik Ratih memeluk erat Bayu.

Bayu dan Mila kini menjadi anak yatim piatu. Itu artinya Bayu yang menggantikan orangtuanya untuk menjaga Mila.

*****

Hari berganti, minggu berlalu. Sepeninggal sang Ibu, Bayu dan adiknya ikut bersama buliknya, tapi bukan berarti dia berhenti jualan cilok.

“Bayu janji akan menjadi dokter sukses dan membuka pengobatan gratis untuk orang-orang yang tidak mampu. Doakan Bayu dari surga ya, Bu, Bapak.” Gumam Bayu dalam hati.

Hari ini, terik matahari membakar tubuh kurusnya hingga keringat bercucuran. Tapi meskipun penat, tidak sedikit saja mengurangi semangat Bayu untuk terus berkeliling menjajakan ciloknya. Sesekali dia berhenti dan membaca Al-Qur’an kecil hadiah dari ibu ketika dia berulang tahun.

“Bayu, sini, Nak! Bapak mau beli cilok,” panggil Pak Marzuki, kepala sekolah SMP di kampungnya.

“Siap, Pak. Bapak mau beli berapa?” tanya Bayu.

“Kamu sekarang sudah kelas berapa, Bayu?”

“Saya sekarang kelas enam, Pak.”

“Sebentar lagi mau masuk sekolah menengah pertama. Rencana nanti mau sekolah di mana, Bayu?”

“Saya mau masuk ke sekolah negeri, Pak.”

“Cita-cita kamu mau jadi apa?”

“Saya mau jadi dokter agar bisa memberi pengobatan gratis untuk orang-orang yang tidak mampu, Pak.” Tatapan Bayu kosong, tiba-tiba titik air jatuh dari sudut matanya.

Masya Allah, cita-cita yang sangat mulia. Kamu mau tidak kalau bersekolah di sekolah tempat bapak mengajar?” tanya Pak Marzuki. “Bapak yang akan membiayai semuanya.”

“Benarkah itu, Pak? Terima kasih ya Allah, terima kasih, Pak.” Bayu bersujud dan bersalaman pada Pak Marzuki.

Baca Juga :  Cerita Anak Tema Cita - Cita

“Bayu janji akan belajar bersungguh-sungguh agar bisa meraih cita-cita Bayu dan bisa membuat bapak juga ibu bahagia di surga.” Lanjutnya.

“Nah … sekarang kamu bagikan cilok ini pada anak-anak dan tetangga,” ucap Pak Marzuki.

Pak Marzuki memanggil anak-anak untuk berbaris. Sementara Bayu sibuk membungkus cilok untuk dibagikan. Setelah selesai, Pak Marzuki memberi Bayu uang dan menyuruh Bayu pulang untuk beristirahat.

“Jangan lupa salat lima waktu, Bayu. Selalu doakan ibu bapakmu, sekarang cepat kamu pulang!”

“Baik, Pak. Terima kasih banyak, Pak. Bayu pulang.”

Dengan bahagia, Bayu mengayuh sepeda. Dalam hatinya, dia terus mengucap syukur tanpa henti hingga sampai rumah.

“Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat Muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abbas).

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.